Guru Penggerak

Pendidikan Guru Penggerak Dorong Perubahan Paradigma Kepala Sekolah

GTK - Para guru menyadari bahwa keikutsertaan mereka dalam program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) bukan sebatas untuk mendapatkan sertifikat. Cerita lulusan PGP dari pulau Sulawesi ini membuktikan bahwa program Pendidikan Guru Penggerak telah memberikan mereka sebuah paradigma baru untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik.

Dewi Soraya merupakan Guru Penggerak Angkatan 5. Saat ini ia menjadi Kepala Sekolah SD Inpres Tangkou, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat. Ia diangkat sebagai kepala sekolah ketika masih menjalani Pendidikan Guru Penggerak, November 2022. 

Dewi tidak menyangka bahwa ia bisa jadi kepala sekolah secepat itu di usia yang masih muda, 31 tahun. Hal tersebut dikarenakan banyaknya kebutuhan kepala sekolah di Mamuju sehingga membuat hal itu dapat terjadi. Permendikbudristek no. 40 tahun 2021 pun menyatakan bahwa sertifikat guru penggerak adalah salah satu syarat menjadi kepala sekolah. 

“Kepala sekolah yang saya gantikan itu dipindahkan ke sekolah dekat rumahnya karena beliau sudah senior. Satu-satunya guru yang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak di sekolah adalah saya sendiri sehingga saya menggantikan di sekolah tersebut,” ungkapnya. 

Selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, Dewi Soraya mengakui bahwa setiap materi yang didapatkan sangat membantunya untuk membawa sekolah menjadi lebih baik. 

Menurutnya, satu perubahan penting selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak adalah paradigma. “Dulu saya berpikir bahwa menjadi guru ataupun pemimpin pembelajaran ya begitu-begitu saja, tapi ternyata sekarang saya paham bahwa orientasi kita adalah murid,” tuturnya. 

Pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022 lalu, Dewi Soraya dinobatkan sebagai salah satu Guru Inspiratif terkait pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukannya selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak.   

“Dulu saya selalu mengapresiasi anak yang pintar dan anak yang mengalami keterlambatan saya biarkan saja. Ketika mengikuti PGP saya jadi tahu bahwa yang saya lakukan itu salah. Saya memperbaikinya dengan melakukan pembelajaran diferensiasi. Ini betul-betul bermanfaat sekali di kelas saya. Anak-anak betul merasa dirangkul dan diperhatikan,” ungkapnya. 

Ia mengakui bahwa 10 modul yang diajarkan ketika mengikuti Pendidikan Guru Penggerak sangat bermanfaat baginya dalam menjalankan tata kelola sekolah. Salah satunya, ketika mendapatkan materi coaching clinic, Dewi menyadari bahwa materi itu membantunya untuk menjadi kepala sekolah yang lebih baik.

“Materi coaching, visi-misi, dan budaya positif itu sangat bermanfaat bagi saya di sekolah. Ketika direfleksikan apa yang menjadi persoalan bagi guru-guru dalam melakukan pembelajaran, maka melalui coaching mereka menemukan solusi dari masalah yang dihadapi,” ungkap Dewi. 

Setelah menjalani Pendidikan Guru Penggerak dan sudah menjadi kepala sekolah, Dewi mengaku ia tidak memulai dari nol lagi, karena ia ditempatkan di sekolah yang sama dan di sekolah itu ia dan kawan-kawannya sudah mencoba menciptakan inovasi-inovasi sebelumnya. 

Selama ini, sudah ada beberapa program yang dimulai di sekolah. Misalnya, pembiasaan-pembiasaan budaya positif di sekolah, ada Selasa Sarapan Bersama, Rabu Sikat Gigi, dan banyak pembiasaan-pembiasaan lain yang menumbuhkan karakter murid.

“Ketika saya jadi kepala sekolah, inovasi tersebut dapat terus saya kembangkan, dan mencari inovasi-inovasi baru lagi. Misalnya kemarin, saya mencarikan program yang bisa meningkatkan literasi murid dan guru di sekolah saya,” ungkapnya.

Dalam rencana ke depan, Dewi mengatakan bahwa hal yang akan dilakukannya terus adalah merefleksikan diri, mengevaluasi diri, dan merefleksikan segala sesuatu program-program yang ada di sekolahnya. 

“Segala sesuatu yang saya lakukan, baik program kerja sekolah jangka panjang, jangka pendek, pengelolaan dana BOS, semua terkait itu harus bersumber dari voice choice and ownership. Jadi, bukan hanya dari saya semua itu, tapi juga dari suara-suara guru, suara-suara murid, serta pilihan-pilihan mereka untuk menentukan bagaimana ke depannya sekolah kita,” tegasnya.

Sebagai kepala sekolah yang diangkat dari guru penggerak, Dewi berpesan agar para guru benar-benar mendalami ilmu yang diajarkan selama Pendidikan Guru Penggerak. 

“Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak itu memang betul untuk mendapatkan ilmunya. Diangkat menjadi kepala sekolah itu adalah bonusnya,” ungkapnya. 

Pengalaman Dewi adalah bukti bahwa proses belajar di Pendidikan Guru Penggerak sangat jauh berbeda dengan pelatihan-pelatihan pada umumnya, karena setiap peserta pendidikan benar-benar digembleng dan diubah paradigmanya untuk menjadi pemimpin pembelajar. 

X