Dit. KSPSTK

Dua Prinsip Belajar di Masa Pandemi: Tidak Membahayakan dan Realistis

GTK, Jakarta –  Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan,  Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Webinar  pada Selasa (19/5/2020). Acara yang dipandu oleh Yudi Herman, Analis Kebijakan Ahli Muda  Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan GTK ini mengusung tema “Peran dan Tantangan Tenaga Administrasi Sekolah, Tenaga Laboran dan Tenaga Perpustakaan di Masa Pandemi Covid-19”.

Hadir sebagai pembicara kunci Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan GTK, Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed, dan 3 narasumber yaitu Ketua Asosiasi Tenaga Administrasi Sekolah (ATAS), Taufiq Rohman Dhohiri, Dosen Politeknik Negeri Bandung Moeljono, dan Ketua PP Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia ( ATPUSI),  Muhammad Ikhsanudin.

Dalam pemaparannya Santi Ambarrukmi mengatakan bahwa dampak wabah pandemi Covid-19 sangat luar biasa, semua aspek kehidupan terkena dampaknya, termasuk aspek pendidikan. Dia mengatakan berdasarkan data yang dirilis oleh UNESCO sebanyak 91 persen  siswa  di seluruh dunia tidak bisa mendapatkan akses untuk  masuk ke sekolah. Ini disebabkan karena penutupan sekolah yang bertujuan untuk menghentikan mata rantai penyebaran dan penularan virus corona atau Covid-19.

“Apabila suatu negara menerapkan kebijakan lock down, kalau di Indonesia dengan istilah PSBB maka masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas di luar rumah. Sehingga sekolah pun ditutup,” ujarnya.

Dia mengatakan meskipun sekolah-sekolah ditutup namun akses untuk melakukan pembelajaran tetap dilakukan di luar sekolah, tentunya tidak  mengurangi kualitas pembelajaran.

Seperti surat edaran Mendikbud  Nomor 4 Tahun 2020 tentang Belajar dari Rumah Melalui Pembelajaran Jarak Jauh memastikan bahwa proses pembelajaran harus tetap berjalan meski di tengah wabah Covid-19.

Dalam surat edaran tersebut menjelaskan agar belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh harus memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum kenaikan kelas maupun kelulusan.

Selanjutnya memfokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19. Serta memberikan variasi aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antarsiswa sesuai dengan minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dari rumah.

“Memberikan umpan balik terhadap bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tanpa diharuskan memberikan skor/nilai kualitatif,” ujarnya menambahkan.

Dia melanjutkan belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh selama pandemi ini memiliki dua prinsip yaitu tidak membahayakan dan realistis.  Tidak membahayakan yang dimaksud adalah sebagai guru mengurangi kemungkinan kerugian dalam belajar karena gangguan sekolah, keselamatan dan kesejahteraan siswa harus menjadi hal penting untuk dipraktikkan.

“Upaya penyampaian kurikulum secara jarak jauh tidak menciptakan lebih banyak stres dan kecemasan bagi siswa dan keluarga,” terang Santi.

Sedangkan yang dimaksud realistis  guru hendaknya memiiki ekspektasi yang realistis mengenai apa yang dapat dicapai dengan pembelajaran jarak jauh, dan menggunakan penilaian profesional untuk menilai konsekuensi dari rencana pembelajaran tersebut.

Santi Ambarrukmi mengatakan di masa pandemi ini banyak hikmah yang bisa dipetik. Kita dipaksa untuk ke luar zona nyaman dan membuat semakin kreatif. 

"Kondisi seperti ini membuat kita kreatif. Awalnya kita terlalu cuek dengan teknologi, sekarang karena dipaksa akhirnya menggunakan teknologi. Dan akhirnya kita menjadi terbiasa dan mahir," ujarnya. 

 

X