Merdeka Belajar

Tantangan Penerapan Kurikulum Merdeka

GTK - Kondisi geografis sebuah satuan pendidikan sangat beragam. Tentu banyak hal yang bisa ditemui mulai dari letak, iklim, hingga sumber daya alam. Seperti halnya SMPN 4 Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.

Berada di kawasan perkebunan sawit dan rawan banjir tidak menyurutkan semangat sang kepala sekolah yaitu Eva Deliana Bangun untuk memimpin satuan pendidikannya mengimplementasi Kurikulum Merdeka.

Ia menjelaskan bahwa murid-murid berasal dari kalangan menengah ke bawah dengan minat dan karakter yang berbeda. Akan hal inilah, sekolah membutuhkan aktivitas pembelajaran yang beragam.

“Murid-murid ini berasal dari kalangan menengah ke bawah dengan minat dan karakter belajar yang berbeda. Dari hal ini, tentu sekolah membutuhkan aktivitas pembelajaran yang beragam. Satu tahun ke belakang, guru-guru masih menganut teacher center, di awal tahun 2022, kami mendaftarkan sekolah kami implementasi Kurikulum Merdeka dengan pilihan mandiri belajar, menerapkan struktur K13 namun memasukkan satu atau beberapa prinsip dalam Kurikulum Merdeka,” ungkap Eva.

Pilihan mandiri belajar semata bukan pilihan dirinya langsung. Ia melakukan proses diskusi dengan para guru untuk mempertimbangkan aset, sarana prasarana, hingga lingkungan sekolah.

“Kami memilih mandiri belajar ini bukan semata pilihan kepala sekolah langsung. Saya melakukan diskusi dengan para guru, diskusi ini mempertimbangkan aset yang sekolah miliki, sarpras, kesiapan guru serta murid, dan juga lingkungan sekolah,” jelasnya.

Tentu, akan ada tantangan untuk hal yang baru. Di awal penerapan, Eva menilai bahwa para guru belum siap dan paham tentang Kurikulum Merdeka. Untuk mengatasi hal tersebut, Eva melakukan pelatihan mandiri di sekolah.

“Penerapan dari Kurikulum Merdeka ini banyak tantangannya. Saya menilai guru belum siap dan paham tentang apa itu Kurikulum Merdeka, bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, apa saja daya dukung yang tersedia di sekolah untuk menunjang pembelajaran menggunakan Kurikulum Merdeka,” ungkap Eva.

“Untuk itu, saya melakukan pelatihan mandiri di sekolah. Saya terpilih sebagai Pengajar Praktik, saya memberikan apa yang saya peroleh dan apa yang saya pahami terkait Kurikulum Merdeka dan bagaimana merencanakan pembelajaran kepada guru-guru di sekolah,” tambahnya.

Tidak hanya itu saja, Eva mengarahkan guru-guru untuk mengikuti webinar-webinar terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka serta mengikuti pelatihan mandiri terkait dengan topik dan perencanaan Kurikulum Merdeka.

“Saya juga mengarahkan guru-guru untuk rajin mengikuti webinar terkait IKM dan mengikuti pelatihan mandiri terkait topik dan perencanaan. Kenapa? Karena topik dan perencanaan inilah yang menjadi kunci utama agar guru-guru menjadi lebih paham tentang pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan Kurikulum Merdeka,” ungkapnya dengan antusias.

Dengan segala upaya yang telah dilakukan, Eva berharap bahwa guru mampu menciptakan pembelajaran yang memberikan dampak positif terutama bagi murid, guru, dan lingkungan sekolah.

Pembelajaran Diferensiasi

Eva Deliana Bangun selaku kepala sekolah pun meminta para guru untuk merancang pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Guru melakukan pemetaan profil belajar murid  dengan memberikan angket yang selanjutnya akan disusun rencana pembelajarannya.

"Saya meminta guru untuk merancang pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Dan efeknya pun terlihat ya. Guru melakukan pemetaan profil belajar murid dengan memberikan angket gaya belajar murid dan tes pra pembelajaran. Selanjutnya akan disusun rencana pembelajarannya," ungkapnya.

Di dalam kelas, jelas Eva, guru sudah menggunakan beberapa strategi, media, dan sumber belajar yang beragam. 

Di dalam kelas, guru menggunakan beberapa strategi, media, dan sumber belajar yang beragam. Strategi yang dilakukan diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, presentasi,  hingga praktik. Guru juga tidak lagi menggunakan satu media saja, guru sudah mau mengembangkan keterampilan dalam mendesain pembelajaran sehingga menggunakan beberapa media, seperti ppt, video animasi, alat peraga. Guru juga menggunakan tidak hanya menggunakan satu sumber, sebelumnya hanya menggunakan buku paket, ketika proses pembelajaran berdiferensiasi ada yg menggunakan artikel, koran, dan internet. Kebetulan jaringan di sini tidak stabil, sabtu padam listrik," ucap Eva.

Selain itu, Eva juga mengarahkan guru wali kelas maupun mata pelajaran untuk membuat kesepatan belajar dengan murid yang ditempel di kelas.

"Saya juga mengarahkan guru wali kelas ataupun mapel membuat kesepakatan belajar dengan murid yang ditempel di kelas sehingga murid mampu membacanya dan mengimplementasikan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan untuk memandu murid untuk mau diajak untuk mengembangkan potensinya terkait dengan materi yang akan dibawakan. Bukan pertanyaan yang sulit tetapi pertanyaan yang mampu mengembangkan potensi murid," ungkap Eva.

X