Direktur Guru PAUD dan Dikmas, Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed. berkesempatan mengadakan audiensi dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI), dan beberapa guru PAUD di Kota Bukittinggi. Direktur Guru PAUD dan Dikmas menyampaikan berbagai program kerja direktorat. Ia berharap ada sinergi yang kuat antara kementerian dengan pihak dinas dalam menerjemahkan program-program direktorat dalam program Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, Herriman menjelaskan bahwa Kota Bukittinggi mendukung program prioritas Kemendikbud Ristek. Salah satunya adalah dengan meniadakan tes calistung saat masuk SD. Menurutnya, program ini telah dijalankan sebelum Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan diluncurkan oleh Kementerian. “Bukittinggi sudah tidak ada lagi tes masuk SD dengan tes calistung bahkan sebelum ada gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan”, ujar Herriman.
Dalam melaksanakan supervisi ini, rombongan dari Direktorat Guru PAUD dan Dikmas dibagi menjadi dua tim. Tim pertama dipimpin oleh Ketua Tim Kerja Pembelajaran, Dra. Bardiati melakukan supervisi terkait penerapan Kurikulum Merdeka di TK Aisyiah I. Sementara itu, tim kedua dipimpin oleh Ketua Tim Kerja PAUD HI dan Stunting, Komarudin, M.Si melakukan supervisi untuk melihat penerapan PAUDHI di TK Pembina.
Menurut Bardiati, supervisi yang dilakukan adalah untuk melihat bagaimana respon para guru dalam menerapkan beberapa perubahan yang terjadi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. “Kami ingin melihat lebih dekat, bagaimana para guru menyikapi perubahan yang terjadi, sehingga proses implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) ini bisa berjalan lancar demi pembelajaran yang menyenangkan untuk peserta didik”. Berbagai informasi tentang persiapan, proses hingga evaluasi yang didapatkan pada kunjungan ini sangat berguna untuk pertimbangan kebijakan Direktorat Guru PAUD dan Dikmas ke depannya.
Kepala Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiah 1, Marleni menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran rombongan guru PAUD dan Dikmas beserta rombongan untuk mengetahui lebih dekat setiap kendala dan tantangan yang dihadapi para guru PAUD saat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. “Kami menyambut baik kunjungan ini. Kami sudah melakukan briefing sebelumnya kepada para guru. Dalam hal penerapan kurikulum merdeka, kami sudah menerapkan sehingga anak-anak merasa senang belajar di sini, bahkan ada yang sampai tidak mau pulang, karena senang belajar dengan gurunya“.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, Herriman menjelaskan bahwa Kota Bukittinggi mendukung program prioritas Kemendikbud Ristek. Salah satunya adalah dengan meniadakan tes calistung saat masuk SD. Menurutnya, program ini telah dijalankan sebelum Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan diluncurkan oleh Kementerian. “Bukittinggi sudah tidak ada lagi tes masuk SD dengan tes calistung bahkan sebelum ada gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan”, ujar Herriman.
Dalam melaksanakan supervisi ini, rombongan dari Direktorat Guru PAUD dan Dikmas dibagi menjadi dua tim. Tim pertama dipimpin oleh Ketua Tim Kerja Pembelajaran, Dra. Bardiati melakukan supervisi terkait penerapan Kurikulum Merdeka di TK Aisyiah I. Sementara itu, tim kedua dipimpin oleh Ketua Tim Kerja PAUD HI dan Stunting, Komarudin, M.Si melakukan supervisi untuk melihat penerapan PAUDHI di TK Pembina.
Menurut Bardiati, supervisi yang dilakukan adalah untuk melihat bagaimana respon para guru dalam menerapkan beberapa perubahan yang terjadi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. “Kami ingin melihat lebih dekat, bagaimana para guru menyikapi perubahan yang terjadi, sehingga proses implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) ini bisa berjalan lancar demi pembelajaran yang menyenangkan untuk peserta didik”. Berbagai informasi tentang persiapan, proses hingga evaluasi yang didapatkan pada kunjungan ini sangat berguna untuk pertimbangan kebijakan Direktorat Guru PAUD dan Dikmas ke depannya.
Kepala Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiah 1, Marleni menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran rombongan guru PAUD dan Dikmas beserta rombongan untuk mengetahui lebih dekat setiap kendala dan tantangan yang dihadapi para guru PAUD saat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. “Kami menyambut baik kunjungan ini. Kami sudah melakukan briefing sebelumnya kepada para guru. Dalam hal penerapan kurikulum merdeka, kami sudah menerapkan sehingga anak-anak merasa senang belajar di sini, bahkan ada yang sampai tidak mau pulang, karena senang belajar dengan gurunya“.
Di lokasi berbeda, Komarudin menyampaikan bahwa PAUDHI sangat penting untuk diterapkan di satuan PAUD. “PAUDHI bukanlah lembaga PAUD. Namun, merupakan layanan kebutuhan anak usia dini yang harus dilaksanakan di satuan PAUD. Bisa jadi satuan PAUD sebenarnya sudah menerapkan PAUDHI, tetapi belum terlalu memahami batasan-batasan pelaksanaannya yang termasuk dalam PAUDHI.” ungkap Komarudin.
Kunjungan supervisi yang dilakukan di TK Pembina selain disambut oleh kepala sekolah dan para guru, juga dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, pengawas, serta perwakilan orang tua murid. Hal ini sangat membantu tim untuk menggali informasi dari berbagai pihak terkait penerapan PAUDHI.
Jika TK Aisyiah 1 memiliki 170 anak didik dengan jumlah guru sebanyak 22 guru, di TK Pembina terdapat 196 anak didik dengan 12 orang guru. Semua Guru TK Aisyiyah sudah berkualifikasi S-1. Hal ini sangat mendukung proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, guru di TK Aisyiah I memiliki modul ajar sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya sesuai dengan alur tujuan pembelajaran (ATP) yang telah ditentukan. Guru di TK Aisyiah 1 Bukittinggi menempatkan penguatan karakter peserta didik sebagai hal terpenting dalam setiap proses pembelajarannya. Aktivitas disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan dan kebutuhan anak didik.
Media yang digunakan pada proses pembelajaran di TK ini sangat beragam. Media digital maupun media berupa alat permainan tradisional atau media lainnya. Peserta didik disiapkan beberapa ragam main. Ada 5 ragam main yang disiapkan, seperti permainan tentang bahasa dan pantun adat, kebudayaan minangkabau. Media digital menggunakan perangkat TIK.
Pantun adat menjadi salah satu hal yang digunakan guru untuk mengajarkan nilai-nilai dalam ajaran agama. Selain dekat dengan adat budaya masyarakat di Bukittinggi, pantun adat sarat dengan makna. Setiap anak tidak diminta untuk menghafalkan. Guru membiasakan anak didik mendengarkan pantun dan kemudian belajar memahami makna pantun tersebut.
Sama dengan semangat penerapan Kurikulum Merdeka di TK Aisyiah, penerapan PAUDHI di TK Pembina juga telah terlaksana dengan baik. Keberadaan lokasi sekolah yang berada di lingkungan perkantoran milik pemerintah daerah turut mendukung dalam penerapan PAUDHI. Nofeni Kusma yang akrab disapa Een, Kepala Sekolah TK Pembina menyampaikan “Dalam memberikan layanan PAUDHI, kami melakukan kolaborasi bersama dinas pendidikan, puskesmas, tokoh masyarakat, kelurahan. Bahkan kantor arsip nasional yang berada di seberang sekolah memiliki tim literasi sendiri dan memberi kesempatan seminggu dua kali bagi anak-anak untuk memanfaatkan perpustakaan dan bercerita”.
“Dukungan dari orang tua dalam memberikan perlindungan terhadap anak sangat baik. Setiap orang tua sudah setuju dan menandatangani kesepakatan untuk taat pada SOP yang diterapkan di sekolah dan jika terjadi sesuatu terhadap anak di lingkungan sekolah, orang tua tidak menuntut sekolah tetapi sepakat untuk mencarikan solusi bersama. Hal ini dilakukan demi memberikan keamanan kepada seluruh murid”, lanjut Een.
Kunjungan supervisi yang dilakukan di TK Pembina selain disambut oleh kepala sekolah dan para guru, juga dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, pengawas, serta perwakilan orang tua murid. Hal ini sangat membantu tim untuk menggali informasi dari berbagai pihak terkait penerapan PAUDHI.
Jika TK Aisyiah 1 memiliki 170 anak didik dengan jumlah guru sebanyak 22 guru, di TK Pembina terdapat 196 anak didik dengan 12 orang guru. Semua Guru TK Aisyiyah sudah berkualifikasi S-1. Hal ini sangat mendukung proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, guru di TK Aisyiah I memiliki modul ajar sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya sesuai dengan alur tujuan pembelajaran (ATP) yang telah ditentukan. Guru di TK Aisyiah 1 Bukittinggi menempatkan penguatan karakter peserta didik sebagai hal terpenting dalam setiap proses pembelajarannya. Aktivitas disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan dan kebutuhan anak didik.
Media yang digunakan pada proses pembelajaran di TK ini sangat beragam. Media digital maupun media berupa alat permainan tradisional atau media lainnya. Peserta didik disiapkan beberapa ragam main. Ada 5 ragam main yang disiapkan, seperti permainan tentang bahasa dan pantun adat, kebudayaan minangkabau. Media digital menggunakan perangkat TIK.
Pantun adat menjadi salah satu hal yang digunakan guru untuk mengajarkan nilai-nilai dalam ajaran agama. Selain dekat dengan adat budaya masyarakat di Bukittinggi, pantun adat sarat dengan makna. Setiap anak tidak diminta untuk menghafalkan. Guru membiasakan anak didik mendengarkan pantun dan kemudian belajar memahami makna pantun tersebut.
Sama dengan semangat penerapan Kurikulum Merdeka di TK Aisyiah, penerapan PAUDHI di TK Pembina juga telah terlaksana dengan baik. Keberadaan lokasi sekolah yang berada di lingkungan perkantoran milik pemerintah daerah turut mendukung dalam penerapan PAUDHI. Nofeni Kusma yang akrab disapa Een, Kepala Sekolah TK Pembina menyampaikan “Dalam memberikan layanan PAUDHI, kami melakukan kolaborasi bersama dinas pendidikan, puskesmas, tokoh masyarakat, kelurahan. Bahkan kantor arsip nasional yang berada di seberang sekolah memiliki tim literasi sendiri dan memberi kesempatan seminggu dua kali bagi anak-anak untuk memanfaatkan perpustakaan dan bercerita”.
“Dukungan dari orang tua dalam memberikan perlindungan terhadap anak sangat baik. Setiap orang tua sudah setuju dan menandatangani kesepakatan untuk taat pada SOP yang diterapkan di sekolah dan jika terjadi sesuatu terhadap anak di lingkungan sekolah, orang tua tidak menuntut sekolah tetapi sepakat untuk mencarikan solusi bersama. Hal ini dilakukan demi memberikan keamanan kepada seluruh murid”, lanjut Een.