GTK, Jakarta – Sesditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nunuk Suryani mengatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim mencanangkan program pembelajaran holistik. Di mana dalam program tersebut ukuran keberhasilan pembelajaran tidak lagi pada ujian nasional (UN), namun pada skor Programme for Internasional Student Assessment (PISA).
Nunuk mengatakan melihat hasil skor PISA, Indonesia masih berada posisi yang belum menggembirakan. Maka itu, kondisi ini harus diubah sehingga Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya.
“Isu krusial yang menjadi perhatian kita bersama erat kaitannya dengan ke-IPA-an adalah nilai PISA kita yang masih rendah. Maka, saat ini Mas Menteri mencanangkan program pembelajaran holistik. Ukuran keberhasilan pembelajaran bukan dilihat dari UN, tapi tolok ukurnya PISA. Sebagaimana diketahui bersama skor PISA kita ranking 2 dari bawah dan yang menyumbang paling banyak adalah literasi PISA kita adalah IPA,” ujar Nunuk Suryani saat menyampaikan kata sambutan pada Pembukaan Diklat Daring Masif dan Tebuka (Didamba) Angkatan 3 Tahap 1 yang diselenggarakan oleh P4TK IPA, Senin (15/6/2020).
Nunuk mengatakan ini merupakan pekerjaan rumah (PR) bersama untuk meningkatkan hasil skor PISA sehingga pendidikan Indonesia siap mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul yang mampu bersaing di lingkungan global.
“Bapak dan ibu semua adalah ujung tombak untuk ketercapaian cita-cita untuk mencetak SDM yang bisa bersaing di lingkungan global,” ujarnya.
Menurutnya untuk mengejar ketertinggalan tersebut maka pendidikan saat ini harus mengarah pada terciptanya siswa atau peserta didik yang well being. Untuk menghasilkan siswa yang well being tentunya para guru harus terlebih dahulu menjadi guru yang well being.
Nunuk menjelaskan yang dimaksud guru yang well being adalah guru yang tahan banting, selalu mencari terobosan dan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.
“Siswa yang well being salah satu cirinya adalah tahan banting. Siswa yang memiliki daya tahan kuat, lentur, saat ada tekanan bisa bangkit kembali. Sedangkan guru yang well being adalah guru yang tahan banting, tidak banyak mengeluh, selalu mencari terobosan dan inovasi dalam pembelajaran," jelasnya.
Lebih lanjut Nunuk mengatakan, sebagai ujung tombak keberhasilan dalam mendidik para peserta didik, maka seluruh kegiatan pembelajaran harus berangkat pada kebutuhan siswa.
Nunuk berharap dari Diklat ini berharap berangkat pada kebutuhan siswa. Guru harus mampu mengidentifikasi apa yang dibutuhkan para peserta didiknya. Dari kekuatan hingga kelemahan yang ada di pada diri siswa harus diketahui, sehingga kita dalam melakukan pembelajaran benar-benar berangkat dari apa yang dibutuhkan oleh siswa.
"Semua yang kita lakukan adalah apa sih yang dibutuhkan peserta didik. Guru yang hebat adalah guru yang mampu mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh anak didiknya," tutupnya.
P4TK IPA
Nunuk Suryani: Guru Hebat adalah Guru yang Mampu Mengidentifikasi Kebutuhan Siswa
- by Sekretariat GTK
- 17 Juni 2020
- 4352 Views