Merdeka Belajar

Kurikulum Merdeka Membuat Guru Semakin Kreatif dan Murid Siap Berkarya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, kembali menyelenggarakan kembali seri webinar implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar (PMM) pada Selasa, 28 Februari 2023, dengan tema “Pendaftaran Kurikulum Merdeka: Ciptakan Pembelajaran Berkualitas untuk Mewujudkan Pelajar Pancasila yang Siap Berkarya”.

Seri Webinar ini merupakan bentuk pendampingan dari Kemendikbudristek terhadap sekolah-sekolah yang ingin mendaftar Implementasi Kurikulum Merdeka di tahun ajaran 2023. Webinar kali ini membahas mengenai Profil Pelajar Pancasila, bagaimana menciptakan pembelajaran berkualitas, dan tata cara pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, selain memberikan informasi yang memadai tentang seluk beluk IKM dan PMM, webinar ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas kebingungan dan kesimpangsiuran informasi yang tersebar di lapangan.

Implementasi Kurikulum Merdeka merupakan salah satu program prioritas lintas unit utama di lingkungan Kemendikbudristek yang melibatkan BSKAP, Ditjen Pauddasmen, Ditjen GTK dan Ditjen Vokasi. Adapun narasumber dalam webinar ini adalah Prof. Dr. Nunuk Suryani M.Pd., (Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan), Dr. Iwan Syahril, Ph.D., (Direktur Jenderal Pauddikdasmen), Anindito Aditomo, S.Psi., M.Phil., Ph.D., (Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan), Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc., (Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi), Aiz Faizanti, A.Md.PMm., (Pelatih Ahli Teknologi BLPT Pusdatin), dan Eva Deliana Bangun, S.Pd., (Kepala Sekolah SMPN 4 Tenggulun). 

Dalam sambutan dan arahan mengenai Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka, Dirjen Pauddikdasmen, Iwan Syahril, menyampaikan tentang pentingnya bagi para murid untuk merasakan pengalaman dan menyadari kondisi lingkungan sekitarnya, sebagaimana yang pernah disampaikan Ki Hadjar Dewantara. Ia menegaskan bahwa mempelajari hal-hal di luar kelas dapat membantu peserta didik memahami bahwa belajar di satuan pendidikan memiliki hubungan dengan kehidupan sehari-sehari.

“Pandangan Ki Hadjar Dewantara mengenai pentingnya anak-anak kita mempelajari hal-hal di luar kelas ini menjadi salah satu landasan dari Kemendikbudristek merumuskan Profil Pelajar Pancasila dan menghadirkan Projek Penguatan Profil Pelajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. Profil pelajar Pancasila sendiri, sebagaimana kita ketahui, dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia,” ujar Dirjen Pauddikdasmen.

Sementara itu, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Nunuk Suryani,  menyampaikan arahan terkait peran guru dan tenaga kependidikan dalam menciptakan pembelajaran berkualitas. Ia menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar mendorong guru untuk menciptakan pembelajaran berkualitas sesuai kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan. 

“Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar  dirancang sebagai alat bantu guru dalam transformasi pembelajaran. Berbahagialah para guru dan tenaga kependidikan di Indonesia, karena kurikulum ini memberikan tempat yang luas bagi para guru dan tenaga kependidikan untuk mengajar secara lebih kreatif dan inovatif,” ujarnya. 

Mengenai guru dan tenaga kependidikan di berbagai daerah di Indonesia yang menghadapi kondisi yang berbeda di wilayah masing-masing, Dirjen GTK menegaskan bahwa  hal tersebut sudah ada solusinya dalam Kurikulum Merdeka. Dalam kurikulum ini, ia mengatakan, capaian pembelajaran per fase dan jam pelajaran yang fleksibel mendorong pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan. Ia menambahkan bahwa dengan berfokus pada materi esensial, Kurikulum Merdeka membuat para guru tidak perlu terburu-buru dalam mengajar dan pembelajaran pun bisa lebih mendalam. 

Selanjutnya, Kiki Yuliati, Dirjen Pendidikan Vokasi, menyampaikan arahannya terkait guru pendidikan vokasi untuk mendukung pelajar yang siap berkarya. Dalam kesempatan ini, ia menjawab pertanyaan yang acap datang dari lapangan, yakni dari guru SMK, perihal keterkaitan Kurikulum Merdeka dengan pendidikan vokasi. Dengan yakin, ia memastikan bahwa pendidikan vokasi sangat relevan dengan karakteristik pendidikan vokasi yang siap terjun ke dunia kerja. 

“Penerapan Kurikulum Merdeka akan sangat diperlukan bagi pendidikan vokasi. Bila belum menerapkan Kurikulum Merdeka, kita akan semakin sulit menjadi dinamis dan sulit beradaptasi dengan perkembangan di dunia usaha. Dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, kita akan jadi lentur dan  adaptif dalam merespons perubahan di sekitar kita. Pembelajaran berbasis proyek yang diwadahi oleh Kurikulum Merdeka sangat sejalan dengan pendidikan vokasi,” ujarnya. 

Lalu, untuk meluruskan berbagai miskonsepsi tentang tentang Kurikulum Merdeka, Kepala BSKAP, Anindito Aditomo, menjelaskan tiga hal yang paling utama. Pertama, ia menyampaikan bahwa upaya menerapkan Kurikulum Merdeka merupakan sebuah proses belajar, baik bagi guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, bahkan Kemendikbudristek. Dan oleh karena itu, suatu proses belajar pasti perlu proses dan tidak ada yang langsung sempurna. Dengan demikian, ia mengatakan, semua elemen harus bekerja sama untuk menyukseskan penerapan Kurikulum Merdeka. 

Kedua, ia mengatakan bahwa ukuran utama untuk menentukan keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka dilihat dari dampak pembelajaran pada murid dan bukan pada kelengkapan dokumen. Dengan demikian, katanya, jangan mencemaskan dokumen-dokumen saja, sebab yang jauh lebih penting adalah melihat bagaimana perubahan dan perbaikan yang terjadi pada anak setelah diberikan Kurikulum Merdeka. 

Ketiga, ia menegaskan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka tidak perlu anggaran khusus dan perangkat-perangkat canggih. Penerapan Kurikulum Merdeka, lanjutnya, khususnya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tidak harus berbiaya mahal dan tidak harus menghasilkan produk yang dipamerkan dalam festival yang heboh. “Yang penting dari P5 adalah soal pendidikan karakter. Anak-anak murid dimasukkan ke dalam suatu kelompok, belajar berkolaborasi, dan diberi tanggung jawab menyelesaikan sebuah isu di sekitar mereka. Ini bisa dilakukan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada sesuai kondisi masing-masing,” tuturnya.  

Setelah pemaparan oleh Kepala BSKAP, Aiz Faizanti sebagai Pelatih Ahli Teknologi BLPT Pusdatin memberikan bimbingan langsung, tahap demi tahap, kepada perwakilan sekolah yang hadir tentang tata cara pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka melalui Platform Merdeka Mengajar. Penjabaran secara teknis tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyampaian cerita praktik baik perihal Implementasi Kurikulum Merdeka melalui Platform Merdeka Mengajar dari Eva Deliana Bangun, S.Pd., (Kepala SMPN 4 Tenggulun, Aceh), dan kemudian ditutup dengan sesi tanya-jawab dengan peserta webinar. 

Sebagai Kepala Sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, Eva Deliana Bangun menjelaskan kondisi geografis sekolahnya yang berada di tengah perkebunan sawit dan sering dilanda banjir. Murid-murid berasal kalangan menengah ke bawah dengan karakter dan minat yang berbeda-beda. Namun begitu, ia mengatakan bahwa masyarakat sangat mendukung program-program sekolahnya untuk membuat aktivitas pembelajaran yang lebih beragam. 

Ia mencoba menerapkan pembelajaran diferensiasi di sekolah dengan beberapa cara, yaitu melakukan pemetaan profil belajar murid dengan memberikan angket gaya belajar murid dan tes pra-pembelajaran, yang mana hasilnya akan dijadikan bahan untuk menyusun rencana pembelajaran. Selanjutnya, ia menerapkan di setiap kelas guru-guru menggunakan strategi, media, dan sumber pembelajaran yang beragam, serta dalam aktivitas pembelajaran murid tidak harus duduk dalam kelompok. 

“Di sekolah kami, suru-guru di kelas mencoba mengajukan pertanyaan ringan sebagai bahan diskusi di awal pembelajaran, setelah itu guru menampilkan bahan tayang dengan menekankan beberapa kata yang dianggap penting, serta menyajikan pembelajaran dalam bentuk game sederhana, dan juga video animasi,” tuturnya. 

Menjawab pertanyaan dari salah satu peserta webinar, yaitu M. Irwan dari SMPN Satu Atap 13 Bulukumba, terkait perbedaan yang dirasakannya perihal Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, Eva Deliana mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka lebih fleksibel. “Konten materi  di Kurikulum Merdeka tidak dibatasi secara kaku, bahkan guru diberi ruang untuk mengembangkan sendiri Capaian Pembelajaran,” ujarnya.

X