GTK - Esa Maschurroh adalah seorang guru TK yang sudah mengajar selama 16 tahun. Ia mulai mengabdi tahun 2008. Tiga tahun kemudian, ia mengajar di TK Al-Wahyu, Surabaya (Jawa Timur) dan bertahan sampai sekarang. Ia telah mengikuti Diklat Berjenjang Guru PAUD, Ditjen GTK Kemendikbudristek RI. Dari Desember 2021 - Februari 2022, ia mengikuti Diklat Berjenjang tingkat dasar dan Januari-Februari 2023 ia mengikuti Diklat Berjenjang tingkat lanjut.
Bagaimana awalnya Esa menjadi guru? “Orang tua ingin saya jadi guru. Alhamdulillah, saya termotivasi,” ungkap Esa. Pengalaman ketika menjadi murid dahulu, apalagi bertemu guru yang menyenangkan, turut memperkuat tekadnya. Ia sering membayangkan seperti apa rasanya menjadi seorang guru. Ditambah lagi, sosok guru selalu jadi bahan perenungannya. Apa yang didapatkannya hari ini tak terlepas dari peran guru-gurunya semenjak dulu. Akhirnya, hal tersebutlah yang membuat Esa memilih mengajar anak usia taman kanak-kanak.
Esa berkuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) jurusan Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK) tahun 2006, kemudian melanjutkan S1 ke PG Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kampus yang sama. “Motivasi saya mengajar anak kecil, karena anak kecil itu murni. Dunia anak itu senang, heboh, keren, kita bisa masuk ke dunia mereka dan membuat masalah yang di luar terasa hilang. Ini membuat saya jadi happy lagi,” tutur Esa.
Karena orang tuanya bukan seorang guru, Esa berupaya untuk belajar pada banyak orang yang lebih berpengalaman. “Saya terus mengasah kompetensi agar menjadi guru yang bisa mengajar ke semua peserta didik. Saya mampu belajar bareng dengan semua guru yang saya temui di Jawa Timur,“ ujarnya. Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru TK, sampai sekarang Esa masih antusias mengikuti berbagai program yang tersedia, salah satunya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Berjenjang Guru PAUD dari Ditjen GTK Kemendikbudristek beberapa waktu lalu.
Bagi Esa, untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, guru harus update dengan perkembangan pendidikan. Karena itulah ia selalu mengikuti berbagai pendidikan ataupun pelatihan seperti Diklat Berjenjang bagi Guru PAUD. Meskipun latar pendidikan sudah linear dengan profesi, Esa tetap mengikuti Diklat Berjenjang karena baginya program ini dapat membuka pola pikir baru untuk guru. “Anak-anak generasi Alpha hebat luar biasa. Apabila guru tidak meningkatkan kompetensinya, maka guru tidak bisa mencapai guru pembelajar,” ungkapnya.
Selama mengikuti Diklat tersebut, Esa mengaku mendapatkan banyak pelajaran dan motivasi dari para narasumber. “Pelatihan ini menuntun bagaimana kita harus menelaah anak-anak dan menjadi pamong sekaligus among bagi anak-anak. Pelatihan ini juga memberikan banyak ilmu tentang cara menghadirkan pembelajaran yang sesuai dengan generasi Alpha,” ungkap Esa.
Komunikasi antar peserta diklat juga berjalan dengan baik. Esa menyampaikan bahwa selama mengikuti pelatihan ini ia bertemu teman-teman yang saling berbagi. “Kami satu visi yaitu untuk menciptakan, mewujudkan, dan menggerakan guru. Semuanya untuk anak-anak,” tungkasnya.
Apalagi, dalam Diklat ini, ia juga mendapatkan semangat yang sama dengan Pendidikan Guru Penggerak, yaitu tekad untuk menggerakkan ekosistem pendidikan yang berpusat pada murid. “Teori dan metode yang diajarkan dalam diklat ini saling berkaitan dengan Pendidikan Guru Penggerak, yakni guru sama-sama mesti tahu terlebih dahulu karakteristik peserta didik,” ujarnya.
Berdampak pada Guru dan Murid
Esa menyampaikan bahwa Diklat Berjenjang bagi Guru PAUD sangat berdampak pada dirinya yakni mengubah pola pikir dan cara kerjanya selama ini. “Ini manfaat yang luar biasa,” ungkapnya. Perubahan pola pikir dan cara kerja bertujuan untuk membuat guru TK dapat memberikan pembelajaran yang unik sesuai karakter peserta didiknya.
Akan tetapi, diklat tersebut tidak hanya berdampak pada dirinya saja, melainkan juga guru lain di satuan pendidikan di sekitarnya. Setelah selesai mengikuti diklat, Esa ikut jadi Pengajar Praktik PGP dan guru pendamping (pembimbing praktik tugas mandiri) pada Diklat Berjenjang di LPTK NSIN Jawa Timur. Berbagi keterampilan dan pengetahuan adalah kewajiban sesama guru dan Esa melakukannya. Bahkan, bagi Esa, ilmu yang didapatkannya tak hanya bisa diterapkan di sekolahnya saja tetapi juga di satu kecamatan. “Teman-teman sejawat akhirnya juga termotivasi mengikuti Diklat Guru PAUD seperti saya,” ujar Esa.
Selain berbagi antar sesama guru ataupun coaching dengan rekan sejawat, di satuan pendidikan tempat Esa mengajar juga ada beberapa program seperti GRASI (Gerakan Rabu Bersih), penerapan budaya positif di sekolah, dan penerapan segitiga restitusi. Selain itu, mereka menggerakkan aktivitas senam, membersihkan lingkungan sekolah, budidaya sampah menjadi kompos, dan sebagainya.
Tak hanya itu, dampak Diklat juga terasa pada peserta didik itu sendiri. Dengan menerapkan metode pembelajaran yang diajarkan selama Diklat akhirnya anak-anak merasakan manfaatnya. Esa mengatakan bahwa para wali murid menyadari ada perubahan pada anak mereka dimana anak-anak menjadi lebih aktif, kritis, dan berani bertanya.
“Bu, aku mau belajar ini. Bu, aku mau belajar itu,” ujar Esa mengulangi ucapan anak-anak kepadanya. Munculnya ide dan pendapat dari peserta didik, bagi Esa, adalah perubahan yang sangat mengharukan sekaligus membahagiakan. Apalagi, wali murid juga aktif berkomunikasi dengan guru. Ketika ada anak yang hanya menyampaikan suatu ide ke orang tuanya, wali murid itu pun langsung meneruskan ke guru.
Dengan pengalaman lebih dari satu dekade mengajar anak-anak dan mendapatkan kebahagiaan tak terkira selama berinteraksi dengan murid, Esa senang berbagi motivasi dengan guru lainnya. “Jayalah diklat PAUD, menyala-lah guru PAUD. Menjadi pelita sebagai cahaya, menerangi generasi. Insyaallah sampai akhir hayat ilmunya bisa diimplementasikan,” tutup Esa penuh haru dan bangga.
Merdeka Belajar
Diklat Berjenjang bagi Guru PAUD Membuka Pola Pikir
- by Sekretariat GTK
- 02 Juli 2024
- 2047 Views