Merdeka Belajar

Cerita Guru ASN PPPK: Mengabdi Demi Kemajuan Pendidikan Indonesia

GTK - Perjuangan para guru dalam mengikuti seleksi Aparatur Sipil Negeri Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK) punya banyak cerita yang mengharukan sekaligus inspiratif. Cerita-cerita mereka menunjukkan kepada kita bagaimana semangat dan kerja keras para guru untuk mendapatkan status lebih baik demi memajukan pendidikan Indonesia. 

Ibu-Isatir-2

Cerita pertama datang dari Isatir Radhiah yang merupakan salah satu guru honorer asal Kab. Pidie, Provinsi Aceh yang lulus ASN PPPK tahun 2021. Ia telah mengabdi selama 10 tahun dari tahun 2011. Awalnya ia mengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) swasta hingga tahun 2019. Di bulan Juni 2019, ia pindah ke TK Negeri Grong-Grong Kab. Pidie. 

Upayanya untuk menjadi guru ASN PPPK melalui perjuangan panjang dan tidak mudah. “Cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi guru. Saya ingin mencerdaskan anak, membimbing, dan membentuk karakter akhlakul karimah pada anak-anak bangsa,” ujarnya. 

Berkat kegigihannya, akhirnya ia berhasil. “Seleksinya murni tanpa ada kecurangan. Kami diuji menggunakan sistem online yang langsung terlihat hasilnya. Ini menunjukkan kemampuan saya sampai mana,” ia mengungkapkan.

Isatir mengaku sangat senang sekali lulus seleksi dan menjadi Guru ASN PPPK.  Kini di sekolah ia mengaku menjadi lebih disiplin dan tambah semangat untuk datang ke sekolah. “Saya datang ke sekolah lebih awal, baik piket atau tidak piket, dan menerapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Kurikulum Merdeka,” ujarnya.

Selain itu, dari aspek kesejahteraan, ia juga merasa lebih baik. “Dulu saya menerima gaji hanya beberapa ratus ribu per bulan. Gaji honorer antara ikhlas tidak ikhlas dalam menjalankannya. Setelah menjadi ASN, saya mendapatkan gaji yang layak dan bisa membantu orang tua,” ucap Isatir.

Sebelum lulus ASN PPPK, ketika masih sebagai guru honorer, Isatir mengaku sudah mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) dan dari program ini ia mulai melakukan praktik baik dari lingkungan terdekat, yaitu rekan sesama guru. 

“Salah satu yang saya lakukan adalah kolaborasi membuat RPP. Saya mengajak teman-teman di sekolah untuk membuat RPP sepulang sekolah. Kolaborasi dalam menyusun RPP lengkap dengan alat peraga dan sistem penilaiannya,” katanya. 

Selain itu, praktik baik yang dilakukan Isatir adalah menyebarluaskan ilmu yang ia dapatkan dari PPGP, terutama perihal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam pembelajaran terdiferensiasi. Terakhir, ia dipanggil oleh Kemendikbudristek untuk mengikuti pelatihan transisi PAUD-SD sebagai perwakilan Guru Penggerak Kab. Pidie jenjang TK. 

“Setelah pulang, saya bagikan materi dan modul yang saya dapatkan selama di Jakarta kepada rekan-rekan guru di sekolah,” ungkapnya. Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan kepada rekan-rekannya terkait seleksi Guru ASN PPPK, misalnya tentang kategori pelamar, agar mereka tergerak untuk mengikuti seleksi.

“Untuk guru di TK Negeri Grong-Grong yang masa honornya sudah dari tahun 2013, jangan patah semangat meskipun gagal. Tetap berjuang karena rezeki tidak akan tertukar. Terus berusaha dan belajar lagi, meningkatkan dan mengasah kemampuan sebagai seorang guru,” demikian Isatir berpesan kepada rekan-rekan lain sesama guru. 

Ibu-Welna-2

Cerita kedua berasal dari Welna Meity Ferdinandus, seorang guru prakarya dari SMP Negeri 9 Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku. Ia bercerita tentang pengalamannya mengikuti Seleksi ASN PPPK. Sebagaimana salah satu tujuan diadakannya Rekrutmen Guru ASN PPPK, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Welna pun mengatakan bahwa ia mengikuti seleksi ini dengan motivasi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih layak. 

“Kita dapat mengajar anak-anak negeri dengan penghasilan yang bisa menunjang aktivitas,” tuturnya. 

Selama mengikuti proses seleksi ASN PPPK, Welna mengaku dirinya sempat merasa bingung karena belum mahir dalam mengakses situs pendaftaran. “Untungnya ada operator sekolah yang sering membuka dan menginformasikan kepada guru terkait seleksi. Informasi dari operator sangat membantu kami dalam mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk mengikuti seleksi,” jelasnya. 

Selain itu, ia juga merasakan pengalaman positif selama seleksi. “Pengalaman positifnya adalah mengingat kembali apa yang kami pelajari selama kuliah” ujarnya. 

Ia turut memberikan tips ketika mengikuti seleksi, khususnya untuk menyelesaikan soal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. “Tips dari saya adalah membaca inti soal saja. Tidak perlu sampai selesai. Cukup mengambil poinnya saja,” ungkapnya. 

Kini, setelah menjadi ASN PPPK, Welna mengaku bahwa ia dan teman-temannya menjadi lebih bersyukur. “Harapan kami telah terjawab dengan kesabaran kami,” katanya. 

Kepada rekan guru yang belum lulus seleksi ASN PPK, Welna berpesan agar jangan berkecil hati dan jangan kecewa, sebab kesempatan untuk mengikuti seleksi berikutnya masih banyak. 

Bagi guru yang ditempatkan di jenjang sekolah yang berbeda, Welna berkeyakinan bahwa setiap guru harus siap dengan tugas yang diberikan kepadanya.

“Kita harus tetap maju karena setiap guru memiliki kemampuan untuk mengajar di mana pun jenjangnya. Kita lebih banyak belajar sendiri di Platform Merdeka Mengajar (PMM) terkait apa saja yang dibutuhkan di berbagai jenjang. Tetap optimis bahwa jenjang sebelumnya adalah jembatan bagi kita untuk mengasah diri ke tingkat yang lebih tinggi,” tegasnya. 

Satu hal yang tak kalah penting ketika seseorang sudah jadi guru, menurut Welna, adalah memikirkan cara terbaik dalam memberikan pelajaran kepada murid. Sebagai Guru Penggerak angkatan pertama, Ia mengaku bahwa kini cara mengajarnya tidak lagi seperti sebelumnya. “Saya tidak lagi menggunakan metode ceramah tetapi memberikan peluang bagi siswa untuk mencari tahu sendiri, bertanya, dan mengungkapkan pendapat,” ujarnya. 

Ia meyakini bahwa hal yang dibutuhkan murid sekarang adalah kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri mereka. “Saya memberikan kesempatan bagi anak untuk berkreasi dan berpikir aktif,” tambah Welna.

X