Dit. Guru PAUD Dikmas

Tantangan Yang Dihadapi Menuju Tahun 2045 Akan Semakin Nyata dan Besar

GTK, Pangkalpinang - Keaksaraan juga menjadi perhatian khusus dalam Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi Berdedikasi tingkat Nasional 2019. Pada pelaksanaan penilaiannya di Novotel Hotel, Senin (24/6/2019), Siti Aminah sebagai peserta Tutor Pendidikan Kesetaraan mempunyai metode yang cukup unik untuk para warga belajar agar mampu menjadi pribadi yang mandiri, gotong royong dan mampu menghargai sesama manusia.

Siti Aminah yang berasal dari Provinsi Jawa Barat ini bekerjasama dengan Lapas Perempuan Sukamiskin dengan tujuan bahwa para warga binaan setelah mereka selesai menjalankan masa tahanannya, dapat berkarya dan diterima masyarakat luas.

“Sesuai dengan tema PPK, ini yang membuat saya tergugah. Saya ingin mengubah mindset masyarakat luas bahwa membangun PPK ini tidak sesulit yang mereka pikir. Padahal ketika kita terjun langsung dan melakukan prakteknya dengan baik, itu akan lebih mudah,” ucap Tutor Keaksaraan dari PKBM Alika Putra ini.

“Lalu kenapa saya memilih Lembaga permasyarakatan sebagai tempat saya memulai, sebelumnya saya sudah mempunyai MoU dengan pihak lapas, perlahan kita ubah para warga binaan ini agar lebih mandiri dan lain-lain. Dengan begitu, ketika mereka selesai menjalani masa tahanan, mindset masyarakat pun tentu akan berubah. Istilahnya memanusiakan manusia. Karena budaya yang berkembang itu bahwa mantan warga binaan tidak mengalami perubahan dalam diri selama mereka di dalam sana,” tambahnya.

Metode dadu yang ia kembangkan, juga sangat diminati oleh para warga binaan. Ia menganggap bahwa dadu itu lebih efektif, mudah, dan menyenangkan sehingga akan mudah diterima ketika dijadikan media pembelajaran.

“Media dadu ini sangat efektif. Ada 3 dadu yang digunakan, dadu bahan, dadu bentuk, dan dadu angka. Jadi dari ketiga itu mengarahkan warga belajar untuk membentuk sesuatu. Yang tertera di dadu adalah benda seputaran kerajinan tangan yang dari segi materi dan materiil tidak terlalu susah mencarinya,” ucapnya.

Apresiasi ini tidak hanya sebagai ajang kompetisi, tetapi juga wadah untuk menjalin silaturahim serta bertukar ide, kreasi, dan inovasi. Seperti yang dialami oleh Siti, ia mendapatkan rekan sekamar yang berasal dari Provinsi Aceh. Dan itu merupakan hal yang baru untuknya.

“Teman sekamar dari Aceh. Asik banget.. bisa bertukar cerita tentang kebudayaan dan lain-lain. Seru sekali, kompetisinya digeser terlebih dahulu, di sini banyak ilmu yang bisa dipetik. Silaturahim yang paling penting,” ungkapnya.

Bicara mengenai penguatan pendidikan karakter (PPK), ia berpendapat bahwa memang ini harus dimulai sejak usia dini karena ini akan menjadi dasar bagi para peserta didik ataupun warga belajar.

“Menuju ke tahun 2045, tantangan yang dihadapi akan semakin nyata dan besar. Oleh karena itu, PPK harus dimulai sejak usia dini. Pembentukan ini harus menjadi dasar dan harus dimulai oleh semua pihak. Karena di masa datang, bukan hanya GTK yang menghadapi tantangan ini tetapi seluruh lapisan masyarakat harus merasa tertantang dan siap menghadapinya,” tutup wanita yang juga berprofesi sebagai Kepala Sekolah taman kanak-kanak ini.

X