Dit. Guru PAUD Dikmas

Literasi Lingkungan Menjadi Senjata Untuk Menciptakan Lingkungan Yang Baik

GTK, Pangkalpinang - Pada kegiatan Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi Berdedikasi tingkat Nasional Tahun 2019, para peserta diwajibkan untuk mempresentasikan karya nyata mereka yang beririsan dengan tema yang diusung yaitu Penguatan Pendidikan Karakter GTK PAUD dan Dikmas melalui Karya Nyata.

Seperti yang diangkat oleh Afriandi Palasong, peserta yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Ia menceritakan bagaimana literasi lingkungan menjadi bahasan yang menarik serta layak untuk diangkat. Selain itu, lingkungan sekitar PKBMnya pun masih memiliki rasa peduli yang kurang terhadap lingkungan terutama sampah.

“Kondisi awalnya adalah keadaan yang buruk, masyarakat tidak peduli terhadap lingkungan, sampah dimana-mana. Dari situ saya ingin membuat suatu gebrakan supaya masyarakat sekitar ini peduli akan hal tersebut,” ujar tenaga pendidik dari PKBM Madani ini.

Jika dikaitkan dengan tema, Adi sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa dengan adanya literasi lingkungan yang ia angkat secara perlahan rasa peduli warga belajar terhadap lingkungan meningkat. Metode yang digunakan adalah menggunakan kartu masalah dan kartu solusi.

“Lingkungan inikan sudah global issue, kita harus memberikan awareness kepada mereka sehingga semuanya merasa peduli. Bagaimana meningkatkan kepedulian itu, saya menerapkan metode menggunakan kartu. Kartu masalah dan solusi. Jadi warga belajar ini, secara berkelompok saya berikan kartu masalah beserta solusinya, Jadi mereka kembangkan solusi itu, dan setelahnya akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Dan ini berlangsung secara terus menerus atau rutin,” ungkapnya.

“Dari situ, warga belajar akhirnya mulai mengerti cara mengolah sampah dengan baik, kalau dulu hanya dibakar saja, sekarang bisa dimanfaatkan sebagai karya atau disalurkan ke bank sampah. Dari sampah ini pun akhirnya mereka memiliki pemasukan juga,” tambahnya.

Berkumpul dengan para peserta dari 34 provinsi tentu memberikan warna serta pengalaman baru bagi para peserta. Hal ini dirasakan juga oleh Adi yang pada kegiatan ini mempunyai rekan sekamar dari Provinsi Jambi.

“Saya sekamar dengan Provinsi Jambi. Ya excited, karena mewakili provinsi, saya pun menempatkan diri saya sebagai duta budaya provinsi saya. Teman-teman lain pun pasti seperti itu. Senang sekali bertemu orang-orang hebat di sini. Akhirnya bukan jiwa kompetisinya yang ditonjolkan, melainkan jiwa berbagi, gotong royongnya yang muncul. Berbagi ide, inovasi, ilmu, informasi dan pengalaman untuk generasi yang lebih baik,” imbuhnya ketika ditemui oleh tim media center kegiatan ini di Novotel Hotel, Senin (24/6/2019).

Tantangan yang dihadapi oleh GTK adalah bagaimana menciptakan generasi emas Indonesia di tahun 2045 dengan bonus demografi yang luas. Ini menjadi perhatian khusus Adi. Ia mengungkapkan bahwa tidak hanya dirinya saja yang concern akan hal tersebut tetapi juga seluruh GTK di Indonesia.

“Sejalan dengan apa yang diprogramkan pemerintah, kita akan memberantas apa yang disebut dengan buta aksara melalui wajib belajar. Di 2045 nanti diharapkan terciptanya generasi emas Indonesia yang siap berkompetisi, memiliki karakter yang hebat. Dan ini bukan hanya menjadi tantangan buat saya pribadi tetapi juga GTK seluruh Indonesia tentang bagaimana menciptakan generasi Indonesia yang berkarakter dan siap berkompetisi di masa mendatang,” tutupnya.

X