Organisasi Penggerak

Kemendikbudristek Menggelar Seminar Nasional Program Organisasi Penggerak 2021

GTK – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menggelar Seminar Nasional Program Organisasi Penggerak (POP) bertema “Gotong Royong Memajukan Pendidikan Melalui Program Organisasi Penggerak” secara hibrida di Jakarta, pada Rabu (22/12/2021). Para peserta seminar yang merupakan perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) peserta POP dan telah mengimplementasikan programnya di sejumlah satuan pendidikan hadir dengan protokol kesehatan yang ketat.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Iwan Syahril mengapresiasi seluruh organisasi kemasyarakatan yang telah berpartisipasi memperkuat kolaborasi meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. “Terima kasih kepada para kepala dinas pendidikan dan ormas-ormas yang telah bekerja keras dan bahu-membahu membantu para pendidik dan tenaga kependidikan untuk terus belajar melalui POP,” tutur Dirjen Iwan.

Dirjen Iwan menegaskan, POP sejak awal digagas sebagai gerakan gotong royong pendidikan. “POP mewujudkan budaya dan semangat kolaborasi Merdeka Belajar antara pemerintah dan ormas secara masif melalui berbagai pelatihan dan pendampingan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas peserta didik,” tutur Iwan.

Dirjen Iwan juga mengatakan POP ini menyatukan dan memperluas berbagai model program peningkatan kompetensi PTK yang sudah dilakukan ormas dan terbukti berdampak pada hasil belajar peserta didik. “Pada akhirnya, muara program ini adalah ekosistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, terciptanya pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, dan pendidik mengajar sesuai perkembangan peserta didik atau teach at the right level,” tutur Iwan.

Tujuan akhir POP, ditegaskan Iwan, tentunya adalah terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, yaitu anak-anak yang beriman pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, bergotong royong, bernalar kritis, mandiri, dan berkebinekaan global.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan, Ditjen GTK, Praptono, menuturkan melalui POP, Kemendikbudristek ingin memperbaiki praktik pengajaran, manajemen dan implementasi di lingkungan belajar. “Dari ribuan ormas yang tertarik mengikuti POP, kami seleksi ketat dan terpilih berdasarkan praktik baik. Akhirnya, telah terpilih 160 proposal intervensi, yang berpartisipasi,” tutur Praptono.

Merdeka Belajar Episode 4: Program Organisasi Penggerak yang diluncurkan pada 10 Maret 2020 lalu merupakan upaya Kemendikbudristek melibatkan ormas yang bergerak di bidang pendidikan, terutama yang memiliki rekam jejak baik dalam pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan, dan yang telah memiliki atau sedang mengembangkan model peningkatan kompetensi PTK yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan di Indonesia.

POP dirancang dengan tujuan mewujudkan visi Pemerintah Indonesia mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul sebagai lompatan dalam bidang pendidikan dan perwujudan inovasi pembelajaran dalam menghadapi tantangan peningkatan hasil belajar peserta didik.

“Fokus kami adalah peningkatan kompetensi fundamental peserta didik yaitu: literasi, numerasi, dan penguatan karakter. Program ini akan berdampak dengan mengubah cara mengatasi masalah, cara mengelola satuan pendidikan, cara pengawas satuan pendidikan mengawasi dengan lebih gotong royong, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik,” tutur Praptono.

Praptono menegaskan, dana yang disalurkan pemerintah kepada ormas ini tidak dapat digunakan untuk kepentingan organisasi, namun untuk menjalankan program yang telah disusun. “Dana ini untuk menjalankan program. Jadi, silakan kepala satuan pendidikan dan pengawas mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari program yang dijalankan oleh ormas,” ucap Praptono.

Durasi POP yang hanya dua tahun, tambah dia, membuat POP harus benar-benar disiapkan berdasarkan praktik yang sudah dijalankan ormas untuk menjadikan pendidik dan kepala satuan pendidikan melakukan transformasi pembelajaran. Terdapat enam tipe intervensi kategori ormas, yaitu: 1) Pengetahuan substansi pendidik; 2) Keterampilan pedagogi pendidik; 3) Pengembangan keprofesian pendidik; 4) Supervisi dan bimbingan akademik; 5) Keterampilan manajemen dan kepemimpinan yang komprehensif untuk kepala satuan pendidikan; dan 6) Reformasi satuan pendidikan yang komprehensif.

“Dalam perjalanannya, program ini sudah berjalan sejak 2021 dan sekarang beberapa ormas telah menyelesaikan program di tahap 1 dan akan dilanjutkan di tahun 2022,” jelas Praptono. Dirinya menjelaskan bahwa POP tahap awal (baseline) telah rampung digelar dan kini pihaknya sedang melakukan pengumpulan data, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan sementara guna melihat kondisi dasar perjalanan POP.

“Nanti, sekitar bulan September 2022, kita melihat situasi pertengahan program. Di akhir 2022, kita akan lihat seberapa besar hasil program yang dijalankan ormas berdampak pada peningkatan kemampuan literasi, numerasi, dan penguatan karakter dari anak-anak kita. Mudah-mudahan enam bulan berikutnya di 2023, kita bisa komplet menyelesaikan POP,” imbuh Praptono.

Adapun dampak dari implementasi ormas baru dapat terlihat di pemantauan dan evaluasi tahap menengah (midline) dan tahap akhir (endline), namun peta kegiatan ormas di tahap baseline sudah menggambarkan kondisi awal satuan pendidikan sasaran dan memberikan informasi tentang potensi dampak yang diharapkan.

Dijelaskan Praptono, terdapat tiga kategori POP, yaitu: Kategori Gajah untuk skala besar, Kategori Macan untuk skala menengah, dan Kategori Kijang untuk skala kecil. “Sudah banyak satuan pendidikan yang terlibat dalam POP. Sebanyak 7.568 satuan pendidikan, 49.978 pendidik yang terdampak, dan 160 proposal yang berjalan,” terang dia.

“Saya mengajak para pendidik, kepala satuan pendidikan, dan pengawas mengambil manfaat terbesar POP yang sudah dilakukan ormas-ormas, program-program yang sudah terbukti berdampak baik bagi kemajuan pendidikan kita, khususnya dalam aspek penguatan literasi, numerasi, dan penguatan karakter. Ini untuk mencapai mimpi kita bersama, yaitu membentuk SDM Unggul yang dibingkai dalam Profil Pelajar Pancasila,” tutur Praptono.

X