GTK, Jakarta – Jelang peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta pada 26 s.d. 30 April 2019. Salah satu mata acaranya yakni Panggung Publik yang dihelat pada tanggal 29 s.d. 30 April 2019 di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud, Senayan, Jakarta.
Pada Senin pagi (29/4/2019) bertema “Pengembangan SDM Pendidikan”, diisi oleh sejumlah narasumber berkualitas. Untuk judul “Profesionalisme Guru di Era Revolusi Industri 4.0” diisi oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Supriano, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta Suyanto, dan Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi.
Dalam kesempatan tersebut Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, Supriano mengutarakan bahwa untuk menjawab tantangan revolusi industri keempat yang harus dilakukan adalah proses pelatihan guru. Kebijakan zonasi melatari pelatihan guru di masing-masing zona.
“Dengan sistem zona ini, pelatihan guru nanti tidak lagi berfokus kepada pusat. Kalau beberapa tahun yang lalu, guru dipanggil ke pusat. Jumlah guru ini 3 juta. Kalau kita panggil ke pusat, sampai kapan pun nggak akan selesai. Makanya nanti kita giring berbasis zona. Saya ambil contoh, SMP sekarang ini ada 4.580 zona. Berarti ada 4.500 zona seluruh Indonesia. Nanti pelatihan gurunya berbasis zona,” kata Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, Supriano.
Pelatihan berbasis zona tersebut akan mengoptimalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
“Bagaimana caranya? Melalui MGMP. MGMP akan kita hidupkan, MGMP akan kita redesain. Yang biasanya MGMP hanya pertemuan hari Sabtu dan pulang. Bahkan dulu ada ejekan MGMP itu ‘Makan, Guyon, Minum, Pulang’. Tapi MGMP yang sekarang di-reborn. MGMP kembali,” terang Supriano.
MGMP dilaksanakan dengan sistem in, on, in, on yang setara dengan 82 jam pelajaran atau terakui dengan 2 kredit. Harapannya dengan pendekatan MGMP bisa menjadi solusi para guru untuk meningkatkan mutu, kompetensinya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ada pun IN (In service learning) yaitu dilaksanakan di kelompok kerja dalam zonasi, guru berkumpul dalam komunitas pembelajarannya untuk membahas dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan penilaian berorientasi HOTS. ON (On the job learning) yaitu hasil pertemuan di kelompok kerja dalam zonasi yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas sesuai mata pelajarannya.
“MGMP sekarang dia harus mengikuti grand desain kita. Saya ambil contoh di sini pada minggu ke satu, ketika nanti terjadi proses MGMP ada In-1, kemudian ada In-2, begitu dia In-2 masuk On-1, setelah On-1 dia masuk ke In-3, setelah In-3 dia masuk ke On-2, kemudian dia masuk lagi ke In-4, On-3 dan In-5. Ini MGMP baru. Jadi bukan hanya satu pertemuan, ini ada siklus,” jelas Dirjen GTK Kemendikbud, Supriano.
MGMP di masing-masing zona akan membahas masalah dan berusaha mengurai masalah.
“Ketika dia masuk In-1, guru pada saat in service dia akan berdiskusi apa yang jadi masalah. Apa inputnya? Inputnya adalah hasil analisis Ujian Nasional. Saya ambil contoh ketika di dalam zona itu, MGMP matematika dia diskusi 10, 20 guru, apa yang menjadi masalah di Ujian Nasional? Dilihat matematika. Ternyata soal UN yang jadi masalah di zona itu adalah tentang geometri. Mungkin di zona lain tentang aritmatika. Mungkin di fisika berbeda,” ujar Supriano.
“Ketika dia In-1 dia mendiskusikan dulu apa yang menjadi masalah di zona kita. Ternyata di zona kita masalahnya Ujian Nasional nilainya kurang bagus. Masalahnya apa? Dilihat lagi. Sehingga pada On-1, On-2, dipraktikkan, didiskusikan. Oh kita harus berbicara ini. Ketika tentang geometri, di antara guru yang ada di situ mungkin ada yang jago geometri, mungkin ada yang jago aritmatika, diskusilah bersama. Dirumuskanlah pada In-2. Ketika In-2 selesai, dia masuk kepada On-1 di kelas. Hasil rumusan, oh cara belajar matematika yang menyenangkan seperti ini. Dia diskusikan pada On-1. Kembali dia diskusikan lagi pada In-3. Dia sampaikan lagi kami sudah melakukan ini, ternyata ada kekurangan. Didiskusikan lagi In-3, diperbaiki, masuk lagi ke ruang kelas. Ngajar lagi di On-2. Mungkin di situ ada masalah lagi, ada perbaikan. Dia masukkan lagi di In-4, diskusi lagi dulu. begitu In-4, masuk On-3, masuklah dia ke In-5,” ungkap Supriano panjang lebar tentang berbagi praktik baik di MGMP berbasis zona.
Dengan demikian MGMP reborn menyerukan semangat untuk menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran.
“Ini MGMP yang sekarang. Jadi bukan hanya makan, minum, terus pulang, tapi MGMP sekarang benar-benar mendiskusikan berdasarkan apa yang jadi masalah,” tutur Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Supriano.