Berita

Filosofi Jembatan Ala Iwan Syahril

GTK, Jakarta – Pisah Sambut Direktur Jenderal, Sekretaris, dan Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dilaksanakan di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan, Jakarta, Rabu (10/6/2020). Turut hadir dalam acara tersebut Dirjen GTK Iwan Syahril, Sekretaris Ditjen GTK Nunuk Suryani, Direktur GTK Dikmendiksus Praptono, Direktur P3GTK Santi Ambarrukmi, Direktur GTK Dikdas Rachmadi Widdiharto, Plt.Direktur Pembinaan GTK PAUD Abdoelllah, Dirjen GTK periode 2018 s.d. 8 Mei 2020 Supriano, Sesditjen GTK periode 2017 s.d. 4 Juni 2020 M.Q. Wisnu Aji, serta sejumlah pegawai di lingkup GTK.

Pelaksanaan event Pisah Sambut dilakukan dengan protokol kesehatan, mulai dari penggunaan masker, penggunaan face shield, jaga jarak, pengukuran suhu tubuh melalui thermo scanner, serta para peserta kegiatan yang kurang dari 50% kapasitas tempat.

Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril pada pidato sambutannya memberikan catatan singkat berjudul “Filosofi Jembatan”. Berikut kutipannya:

Ini sebuah catatan singkat yang pernah saya tulis, judulnya Filosofi Jembatan. Bangunlah jembatan, bukan tembok. Jembatan untuk berinteraksi, berkomunikasi dan berkolaborasi. Saling memahami aspirasi. Berdirilah kita di atas kepentingan bangsa dan negara, bukan di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Jadilah jembatan untuk jemput pengetahuan yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kita adalah pewaris nenek moyang leluhur pendiri Republik. Pemimpi dan pejuang untuk gapai cita-cita bersama yaitu Indonesia merdeka lahir dan batin.

Saya berpikir tentang sebuah revolusi. Revolusi belajar, revolusi cara pikir yang mensyaratkan kita untuk menjawab panggilan kodrat zaman kita. Tujuan revolusi belajar adalah melayani. Melayani anak-anak generasi penerus bangsa, para pemimpin masa depan negeri ini, bukan lagi untuk generasi masa kini. Di generasi masa depan inilah kita titipkan segala asa dan harapan. Semua dipersyaratkan untuk bekerja keras, mempersiapkan lahirnya generasi ini. Kerja keras tanpa pamrih, ikhlas dan produktif.

Marilah kita berlomba-lomba menjadi jembatan. Besar, kecil tak masalah. Jadilah penghubung antara kegelapan dan terang benderang. Antara generasi saat ini dan masa depan. Peliharalah harapan sekecil apa pun.

Janganlah mau kita diadu domba politik prasangka, dendam, dan curiga. Itu dulu senjata pemerintah kolonial Belanda. Kita semua saudara sebangsa, tanah tumpah darah kita adalah Indonesia.

Indonesia itu bercita-cita memanusiakan dan mencerdaskan segenap tumpah darahnya. Mewujudkan kemanusiaan dunia, dunia yang merdeka, damai, dan sejahtera yang berkeadilan sosial bagi seluruh umat manusia.

Masing-masing kita memikul tanggung jawab. Pertama, tanggung jawab untuk diri sendiri, untuk berkemauan belajar dan berubah menjawab kodrat zaman. Kedua, tanggung jawab untuk satu sama lain, membantu dan berbagi kemampuan dan keahlian. Untuk menjadi teman belajar bagi yang lainnya.

Tujuan kita adalah bantu belajar anak-anak kita di mana saja. Maka belajarlah, berbagilah. Bantu yang lainnya, semua dari kita memikul tanggung jawab ini. Apa yang terbaik untuk anak didik kita, lakukanlah. Jangan tunggu perintah, instruksi atau aba-aba, ambil langkah pertama, teruskan dengan langkah kedua, dan seterusnya. Kita melangkah bersama-sama dari mana pun kita berada. Bahu membahu untuk maju bersama-sama.

Jadikanlah diri sebagai jembatan, untuk membantu orang lain. Menyeberangkan, meneruskan impian, impian bangsa, menjadi negara yang terhormat, bermartabat, sejahtera lahir dan batin.

X