Merdeka Belajar

Upaya Kemendikbudristek Bersama UNICEF Menghadirkan Pembelajaran Digital yang Berkualitas bagi Semua

GTK – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan United Nations Children's Fund (UNICEF) menyelenggarakan simposium bertajuk ‘Pembelajaran Digital Berkualitas bagi Semua’. Simposium ini digelar sebagai panggilan untuk berkolaborasi pada berbagai sektor untuk melangkah bersama memajukan pembelajaran digital bagi semua anak di Indonesia.

“Simposium ini akan menjadi momentum bagi kita semua untuk melakukan refleksi dan berbagi praktik baik, dan bersama-sama membangun kolaborasi nyata serta mendorong terjadinya kerja sama untuk mewujudkan transformasi pembelajaran digital di Indonesia,” terang Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Kemendikbudristek, Iwan Syahril saat membuka acara simposium secara daring, pada Senin (30/8/2021).

Dirjen Iwan mengatakan, sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo, Kemendikbudristek diberi amanah untuk menyiapkan sebuah disrupsi teknologi untuk membuat lompatan kemajuan pendidikan di Indonesia agar menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu menjawab tantangan revolusi industri 4.0. “Pendidikan haruslah relevan dalam menjawab berbagai macam dinamika perubahan zaman. Tujuannya adalah menghasilkan SDM yang merdeka, yaitu mandiri dan berdaya dalam menghadapi tantangan zamannya,” ujarnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Dirjen Iwan, melalui pembelajaran digital dapat memperluas kesempatan guru dan murid untuk menjelajah berbagai sumber pengetahuan dan untuk berkolaborasi. “Melalui pembelajaran digital dapat menjadikan proses belajar jauh lebih menarik, bermanfaat, dan berkeadilan,” tuturnya.

Saat ini, Kemendikbudristek sedang mengembangkan tiga pilar dalam transformasi pembelajaran menggunakan teknologi digital. Pilar pertama, yaitu pengembangan kemampuan talenta digital untuk para pendidik dan tenaga kependidikan.

Sejak tahun 2018, Kemendikbudristek sudah memiliki program Pembelajaran Berbasis TIK atau PembaTIK. Tahun 2018 pesertanya masih berjumlah 6.800, tahun 2019 pesertanya naik menjadi 28.000. “Tahun 2020 dan 2021 pada saat pandemi peserta PembaTIK meningkat cukup tinggi menjadi 70.000 di tahun 2020 dan tahun ini 80.000,” kata Iwan.

Pilar kedua, yaitu pengembangan platform dan konten digital. “Sejak tahun 2012, Kemendikbudristek mengembangkan platform Rumah Belajar yang bisa digunakan oleh guru, siswa, dan masyarakat secara gratis. Platform ini sudah memiliki pengguna lebih dari 20 juta dan sudah diakses oleh lebih dari 217 juta kali,” jelas Dirjen Iwan.

Sebagai respons akibat pandemi Covid-19, sejak tahun 2020, Kemendikbudristek juga mengembangkan sebuah platform teknologi yang bernama Guru Belajar dan Berbagi. “Ada dua fitur utama di sini, pertama ‘Ayo Guru Belajar’ dan yang kedua ‘Ayo Guru Berbagi’,” ujar Dirjen Iwan.

Selanjutnya, pilar ketiga adalah pengembangan dan fasilitasi jangkauan jaringan internet, infrastruktur, dan praktik. “Kemendikbudristek terus menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga khususnya dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk membangun jaringan internet di seluruh daerah di Indonesia,” ucapnya.

Oleh karena itu, pada simposium ini, Kemendikbudristek mengundang para pemangku kepentingan dari sektor publik maupun swasta, termasuk beberapa kementerian dan lembaga pemerintahan terkait, perusahaan-perusahaan teknologi pendidikan, organisasi masyarakat sipil, mitra pembangunan internasional, guru-guru dan perwakilan orang muda untuk mendiskusikan cara-cara mendukung visi pembelajaran digital Kemendikbudristek.

“Kita mengumpulkan berbagai pihak dan sektor yang memiliki peran kepedulian dan komitmen yang kuat dalam transformasi pendidikan di Indonesia dengan dukungan teknologi. Mari berpartisipasi aktif, bergotong-royong untuk mencari solusi terbaik dalam upaya pemulihan pembelajaran ini,” ujarnya.

Dalam simposium ini juga, Kemendikbudristek bersama UNICEF memfasilitasi pertukaran dinamis di antara para pemangku kepentingan tentang situasi pembelajaran digital di Indonesia, termasuk bagaimana memajukan edukasi digital di Indonesia dengan inspirasi dari pengalaman-pengalaman dan model-model yang sudah ada dan yang akan datang.

“Talenta-talenta digital guru dan tenaga kependidikan kita semakin banyak bermunculan dan dukungan platform teknologi akan semakin terus memperkuat terwujudnya Merdeka Belajar untuk melahirkan profil Pelajar Pancasila dan pembelajar sepanjang hayat,” ujar Dirjen Iwan.

Dalam simposium ini juga, akan merefleksi tentang bagaimana guru-guru dan pelaku dunia pendidikan merangkul perubahan yang berlangsung secara cepat dalam pembelajaran dan pendekatan belajar berbasis digital, di tengah tantangan yang dihadapi.

“Pembelajaran digital merupakan salah satu kunci dalam hal ini. Kita harus terus mengejar dan memelihara momentum untuk terus memajukan pembelajaran digital yang inklusif bagi semua anak di Indonesia,” tuturnya.

Pada akhir simposium, Dirjen Iwan berharap praktik baik dan pengalaman yang sudah dibagikan oleh para narasumber dan kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan dapat terus semakin baik sehingga akses yang diharapkan untuk pembelajaran digital yang berkualitas bisa terjadi di seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

“Mari kita lalui segala tantangan ini dengan inovasi dan solusi. Mari kita ciptakan sejarah yang gemilang yang tak akan terbantahkan oleh dunia. Tidak ada tantangan yang tidak dapat kita hadapi oleh bangsa yang besar ini jika kita bergotong-royong. Itulah sebuah kearifan, kegeniusan, budaya dan kearifan lokal dari nenek moyang kita,” ujar Iwan Syahril.

Melalui gotong royong, lanjut Iwan, para pemangku kepentingan di bidang pendidikan bisa berupaya mewujudkan Merdeka Belajar untuk menciptakan SDM yang unggul untuk Indonesia maju. “Bahkan semakin cepat terlaksana dengan silih asah, silih asuh, dan silih asih. “Kita saling belajar, saling berbagi saling menyayangi saling peduli saling menjaga demi tujuan yang mulia yaitu SDM unggul untuk Indonesia maju,” pungkas Iwan.

Pada kesempatan yang sama, perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini mengapresiasi komitmen pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas konten pembelajaran, platform pembelajaran digital, dan memperluas akses ke peluang pembelajaran digital untuk semua anak di Indonesia.

UNICEF berharap momentum pendidikan digital ini terus terbangun, sehingga semua anak dapat mengakses secara merata dapat mengakses pembelajaran berkualitas dari mana saja di tanah air, bahkan dari tempat yang paling terpencil sekalipun. “Kita juga perlu memastikan bahwa perluasan pendidikan digital seimbang dengan dan dilengkapi dengan dorongan untuk juga menumbuhkan keterampilan belajar dasar yang diperlukan untuk mengatasi krisis pembelajaran,” ujarnya.

Sebagai mitra pemerintah Indonesia, Debora mewakili UNICEF menyampaikan pesan untuk memajukan pembelajaran digital bagi semua anak di Indonesia. Dalam studi analisis UNICEF pada tahun 2021 direkomendasikan bahwa perlu adanya penguatan konten dan platform, kemampuan digital guru dan murid, serta perluasan akses konektivitas. “Temuan ini juga mengkonfirmasi pentingnya keterlibatan seluruh pihak dalam memajukan pembelajaran digital bagi semua,” tuturnya.

Oleh karena itu, pada simposium ini, Kemendikbudristek dan UNICEF Indonesia mengundang para pemangku kepentingan dari sektor publik maupun swasta, termasuk beberapa kementerian dan lembaga pemerintahan terkait, perusahaan-perusahaan teknologi pendidikan, organisasi masyarakat sipil, mitra pembangunan internasional, guru-guru dan perwakilan orang muda untuk mendiskusikan cara-cara mendukung visi pembelajaran digital Kemendikbudristek.

X