Berita

Seminar Catatan Pendidikan Akhir Tahun: Sikapi Perkembangan di Dunia Pendidikan, Guru Dituntut Berevolusi dalam Proses Pembelajaran

GTK, Jakarta, 17 Desember 2022 - Menapaki penghujung tahun 2022, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) bersama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakann Seminar Nasional Kepemimpinan dan Kebijakan Pendidikan Indonesia pada Kamis (15/12).

Sebagai bagian dari refleksi akhir tahun, seminar ini menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, sebagai pembicara kunci yang diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas pendidikan dan Moderasi Beragama, Warsito. Selain itu hadir sebagai narasumber, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Plt. Dirjen GTK), Nunuk Suryani; Ketua PGRI dan Guru Besar Manajemen Pendidikan UNJ, Unifah Rosyidi; Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti; serta Pakar Kebijakan Publik dan Ilmu Politik UGM, Purwo Santoso.

Plt. Dirjen GTK, Nunuk Suryani dalam pembahasannya mengenai “Posisi dan Peran Guru untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia” mengungkapkan bahwa fakta di depan mata hari ini telah terjadi revolusi dalam pendidikan, termasuk dalam proses pembelajaran.

“Hari ini pembelajaran beralih pada bentuk learning journey, multidisiplin, kolaborasi, inklusif, interkoneksi, dan lain-lain. Posisi guru sekarang juga bukan lagi sekedar fasilitator tapi mentor pada muridnya. Posisi pedagogi pun semakin berkembang dan terus disesuaikan dengan karakter peserta didik sekarang,” terang Nunuk di Jakarta, pada Kamis (15/12).

Rektor Universitas Negeri Jakarta, Komarudin ketika membuka acara menyatakan bahwa seminar ini mengambil tema dan usulan yang bagus. Sebab, saat ini kata dia, perlu adanya gagasan kritis tentang bagaimana kebijakan-kebijakan pendidikan bisa menjembatani perubahan yang cepat. 

“Saya mencermati persoalan guru tidak pernah selesai. Namun, kebijakan Mas Menteri yang mendorong kita melalui kebijakan Merdeka Belajar itu harus disambut positif. Karena semuanya itu adalah untuk mempercepat berbagai hal terkait dengan penyelenggaraan, proses, dan mutu pendidikan,” jelas Rektor Komarudin. 

 

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas pendidikan dan Moderasi Beragama, Warsito yang menjadi pembicara kunci dalam seminar mengatakan bahwa pembangunan sumber daya manusia (SDM) menjadi Prioritas Pembangunan 2020-2024. Presiden Joko Widodo, kata Warsito, telah menegaskan pentingnya membangun SDM pekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, bekal ini akan ‘mengundang’ talenta-talenta global untuk ikut bekerja sama. 

“Ini yang menjadi penekanan Bapak Presiden, bagaimana kita semua, SDM yang terkait dengan pendidikan ini harus dinamis dan responsif terhadap segala permasalahan,” terang Warsito.

Pendidikan hari ini terkait juga dengan akses teknologi, oleh karena itu menurut Warsito, dorongan untuk mendukung Kemendikbudristek dalam memperkuat sarana teknologi dan informasi yang mampu menjangkau ke pelosok daerah penting dan memdesak dilakukan. “Sekarang ini sebuah keniscayaan bahwa pendidikan tidak terpisahkan dengan dunia teknologi, dalam hal ini teknologi informasi,” tegasnya.   

Sementara itu, Purwo Santoso selaku Pakar Kebijakan Publik dan Ilmu Politik UGM, memaparkan, narasi resmi dalam konstitusi ketika berbicara mengenai pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kerangka kebijakan Mendikbudristek ini kata dia, sangat terkait dengan arahan Presiden Joko Widodo mengenai Kampus Merdeka, Merdeka Mengajar. 

“Hanya saja karena kompleksitas perguruan tinggi di Indonesia, persoalan kebijakan pemerintah lebih pada tata kelolanya, bukan persoalan pendidikannya sendiri. Sehingga ketika kita bicara pendidikan, kita akan berbicara tata kelola pendidikan,” terang Santoso.  

Berikutnya, Unifah Rosyidi selaku Ketua PGRI dan Guru Besar Manajemen Pendidikan UNJ mengungkapkan bahwa kepemimpinan dalam pendidikan hari ini berbeda dengan kepemimpinan pendidikan masa lalu karena perubahan situasi geopolitik, global, teknologi, dan partisipasi publik yang terus berkembang.  

“(Dunia pendidikan membutuhkan) kepemimpinan yang bersih, yang mengayomi, yang melindungi, yang mempunyai pikiran-pikiran tajam ke depan, yang bisa memprediksi apa yang terjadi di masa akan datang, serta mencoba membumikannya dalam program yang menyentuh kepentingan dan kebutuhan masyarakat luas,” kata Unifah.

X