Dit. Guru PAUD Dikmas

Sakawira, Legenda Pembentuk PPK di Lapas Gunung Sugih Lampung

GTK, Pangkalpinang -- Banyak yang bisa dipetik dari cerita legenda masyarakat. Baik dari segi perjuangan, karakteristik sang tokoh, hingga pertikaian-pertikaian yang terjadi. Hal ini menjadi perhatian khusus Joko Iriyanto, Pamong Belajar Madya SPNF SKB Lampung Tengah yang juga sebagai peserta Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi dan Berdedikasi tahun 2019 ini.

Joko memilih Sakawira, legenda provinsi Lampung, menjadi pembelajaran bahasa di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Gunung Sugih Lampung. Sebelumnya, ia mengungkapkan kenapa pada akhirnya lapas menjadi pilihannya bahwa semua didasari oleh Sanggar Kegiatan Belajar  Lampung Tengah kesulitan mendapatkan warga belajar karena di daerah tersebut sudah ada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Di lapas pun banyak warga binaan yang belum lulus sekolah.

“Dasar awal kenapa memilih lapas, karena SKB secara umum kesulitan warga belajar paket karena di daerah kami sudah ada PKBM. Banyak masalah yang terjadi pada warga belajar yang menjadi warga paket, mulai dari ekonomi, kawin muda dan sebagainya. Tidak lupa juga dengan permasalahan hukum yang menimpa masyarakat sehingga membuat mereka tidak bisa melanjutkan pendidikan, dan masalah itu adanya di lapas,” ujarnya pada saat ditemui oleh tim media center di Swiss-Bel Hotel, Selasa (25/6/2019).

“Setelahnya, dari obrolan teman-teman di lapas, munculnya fenomena bahwa banyak dari mereka belum lulus sekolah. Akhirnya kami memutuskan berbicara dengan Kepala Lapas, membuat kerjasama, hingga membuat MoU. Lalu terbentuklah kejar paket C di Lapas Gunung Sugih ini,” tambahnya.

Lalu apa hubungannya dengan Sakawira? Ia menjelaskan korelasi yang terjadi dilatar belakangi oleh pemikiran warga binaan bahwa ketika mereka keluar dari lapas mereka akan berada di lapisan masyarakat kelas 2. Ini terkait dengan tema yang diusung mengenai penguatan pendidikan karakter. Menurutnya, pembelajaran bahasa melalui legenda Sakawira menjadi solusi terbaik karena di dalamnya pun terdapat nilai-nilai karakter yang akan membuat diri mereka lebih percaya diri lagi.

“Korelasi dengan Sakawira, ini dilatar belakangi bahwa warga belajar di lapas ini memiliki catatan hukum, yang ada di benak mereka adalah ketika mereka keluar, mereka akan berada di masyarakat kelas 2, akan dikucilkan, berbuat baik orang pun tidak percaya apalagi berbuat tidak baik. Kita benahi mental itu melalui pembelajaran bahasa. Kami berpikir karakter mereka yang harus dibentuk. Maka kita angkat legenda tentang kepahlawanan yaitu Sakawira. Harapan kami mereka bisa meneladani dari penokohan di cerita legenda tersebut,” ungkapnya.

“Motivasi belajar mereka pun sangat tinggi. Antusias sekali, dan ini menjadi tantangan bagi para tutor untuk memilih metode yang bagus dan mudah mereka cerna,” tambahnya.

Ia pun mengungkapkan harapannya terhadap kegiatan ini bahwa ini harus berkelanjutan karena kegiatan ini menjadi wadah GTK PAUD dan Dikmas untuk berkreasi.

“Sangat bagus, ini menjadi ajang kami untuk mengapresiasikan ilmu yang kita peroleh. Kita bisa mengaktualisasikan ilmu dan mendapat ilmu juga. Harapan kami ini berkelanjutan, karena ini wadah kami berekspresi,” tukasnya.

X