Dit, Guru Dikdas

Prestasi dan Dedikasi Para Peraih Satyalencana Pendidikan

GTK, Jakarta - Sebagai rangkaian kegiatan memperingati Hari Guru Nasional (HGN), Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar melalui Subdirektorat Kesejahteraan, Penghargaan, dan Perlindungan (Kesharlindung) menyelenggarakan Simposium Guru Pendidikan Dasar Tahun 2019. Simposium tersebut dihelat di Hotel Swiss-Bellinn Kemayoran, Jakarta pada 28 November s.d. 1 Desember 2019.

Penutupan Simposium Guru Pendidikan Dasar Tahun 2019 dihelat pada Sabtu sore (30/11/2019). Turut hadir Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Praptono; Kasubdit Kesharlindung PG Dikdas Eddy Tejo Prakoso, Kasi Kesharlindung SD Elvira Dayana, Kasi Kesharlindung SMP Dwinita Yunus.

Simposium Guru Pendidikan Dasar diikuti 269 orang guru SD dan guru SMP yang merupakan finalis Pemilihan Guru Pendidikan Dasar Berprestasi Tahun 2019, finalis tingkat nasional Olimpiade Guru Nasional Tahun 2019, finalis Inovasi Pembelajaran Tahun 2019, perwakilan MGMP serta 19 guru pendidikan dasar yang mendapatkan Satyalencana Pendidikan Tahun 2019.

Dari 269 peserta Simposium Guru Pendidikan Dasar, 19 diantaranya mendapatkan Satyalencana Pendidikan. Satyalencana Pendidikan diberikan sebagai darma bakti guru dan tenaga kependidikan pada jalur formal dan nonformal yang melaksanakan tugas paling singkat delapan tahun secara terus menerus dan berprestasi luar biasa di bidangnya masing-masing yang diakui oleh masyarakat, pemerintah, badan/lembaga baik nasional maupun internasional. Sebagai apresiasi dan penghargaan kepada para peraih penghargaan Satyalencana Pendidikan, masing-masing dari mereka mendapatkan Rp 10.000.000.

Berprestasi dan Berdedikasi

Rasa bangga dan haru membuncah dari para peraih penghargaan Satyalencana Pendidikan.

“Satyalencana Pendidikan ini khusus diberikan kepada para guru yang berprestasi. Kami sangat terharu sekali atas penghargaan ini yang cukup bagus tanpa membedakan guru swasta ataukah guru negeri. Yang dilihat adalah prestasinya,” kata guru Kelas SD YPPSB 1 Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Imam Wahyudi.

“Ini adalah sejarah dalam hidup saya. Suatu kebanggaan dan rasa syukur sekali, saya bisa dianugerahkan tanda kehormatan dari Negara Republik Indonesia,” ujar guru Mata Pelajaran Sains dan Prakarya SMP Negeri 17 Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Suhardin.

“Saya bersyukur sekali pada Tuhan Yesus Kristus atas anugerahnya tanda kehormatan Satyalencana Pendidikan. Dan itu adalah anugerah tertinggi di bidang pendidikan. Saya tidak menyangka mendapatkan ini. Saya teringat tahun lalu saat senior-senior saya yang sudah mendapatkannya, saya mulai bertanya bagaimana bisa mendapatkan Satyalencana Pendidikan. Banyak yang bilang harus juara I, melewati hal yang sungguh panjang penyelesaiannya. Saya berkecil hati karena pada 2018 adalah runner up Guru SD Berprestasi,” urai Guru Kelas SD Negeri Dukuh 03 Salatiga, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Hana Septina Kristanti.

“Sehingga saya sudah tidak terpikirkan lagi. Sampai suatu sore saya dihubungi Kementerian, saya mendapatkan nominasi peraih Satyalencana Pendidikan. Benar-benar nggak nyangka. Bagi saya ini kepercayaan yang luar biasa dan ini saya dedikasikan untuk ayah saya yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Ini sebuah kepercayaan dan untuk ke depannya seperti yang diharapkan, saya akan menjadi guru penggerak, mulai dari kelas saya,” tambah Hana.

Kebanggaan meraih Satyalencana Pendidikan ini sendiri merupakan buah dari prestasi dan dedikasi para guru SD dan SMP ini. Imam Wahyudi tercatat merupakan Pemenang I Olimpiade Guru Nasional Pendidikan Dasar Tahun 2018 Bidang Lomba Guru Kelas SD. Ia berhasil meningkatkan mutu dan proses pembelajaran Tematik melalui  pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, sehingga mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa di SD YPPSB 1 Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

“Saya sebagai guru di pedalaman Kalimantan telah menggunakan teknologi berupa video pembelajaran, video interaktif sudah kami perkenalkan kepada anak-anak. Kemudian kelas maya, Kementerian pun sudah menyiapkan portal Rumah Belajar. Itu cukup banyak sekali inovasi-inovasi video pembelajaran yang dibuat oleh teman-teman guru se-Indonesia. Saya kira apa yang dilakukan oleh Kementerian ini fondasinya sudah cukup bagus. Dan memang di era Industri 4.0 pendidikan harus mengikutinya,” ungkap Imam.

Suhardin tercatat sebagai Pemenang I Perlombaan Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Dasar Tahun 2018 Bidang Lomba SORAK SMP. Ia berhasil meningkatkan mutu dan proses pembelajaran melalui inovasi media Bekal Terasi (Kearifan lokal dan Teknologi Informasi) Prakarya, sehingga mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar aspek keterampilan siswa kelas IX SMP Negeri 17 Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

“Kearifan lokal misalnya motif-motif daerah yang bisa dibuat dalam bentuk kerajinan, beberapa model-model miniatur rumah adat. Miniatur ini menjadi usaha kecil-kecilan bagi siswa. Kemudian beberapa masakan khas yang dalam teknik pengolahan prakarya itu dibuat masakan bagi mereka sendiri,” jelas Suhardin di Hotel Swiss-Bellinn Kemayoran, Jakarta, Kamis malam (28/11/2019).

Suhardin juga berupaya merekatkan relasi antara orang tua dan anak melalui program sarapan pagi.

“Satu hal sebenarnya ada pelibatan keluarga dalam kegiatan pembelajaran. Satu contoh ada program sarapan pagi bersama, kebetulan saya mengajar di jam pertama. Sarapan pagi ini disiapkan oleh keluarga di rumah dengan orang tercinta. Setiap yang menemani mereka memasak apakah ibu, ayahnya, atau kakaknya, dia ingin menuliskan sesuatu sehingga saya tahu bagaimana perasaan mereka saat memasak bersama,” ujar Suhardin.

“Saya kan mengajar di daerah perkotaan, kesibukan yang tinggi daripada orang tua dengan anak mereka membuat ada sedikit jarak antara mereka. Dari hal-hal kecil yang saya lakukan mudah-mudahan bisa mengeratkan hubungan antara anak dan orang tua. Kalau ini sudah terjalin bisa saja ada pertautan hati antara mereka sehingga efek-efek dari modernisasi, pergaulan, sehingga keharmonisan keluarga bisa ada,” imbuhnya.

Sedangkan Hana Septina Kristanti tercatat sebagai Pemenang II Guru SD Berprestasi Tahun 2018. Ia berhasil meningkatkan mutu dan proses pembelajaran melalui media lagu (9), jingle (1), salindia (8), kartu (8) dan teka-teki silang karya siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, bekerja sama, berkomunikasi, serta berinovasi di SDN Dukuh 03 Salatiga Provinsi Jawa Tengah.

Mengenang saat mengikuti Guru SD Berprestasi, Hana mengaku mendapatkan begitu banyak masukan terkait praktik baik pembelajaran.

“Kesan saya saat mengikuti Guru SD Berprestasi Tingkat Nasional seperti mempersiapkan beberapa lomba dalam waktu sekaligus. Guru SD Berprestasi berbeda dengan INOBEL dan Olimpiade Guru Nasional. Kami tes secara tertulis, mempresentasikan karya kami di depan profesor-profesor, kami harus bisa mempertahankan apa yang menjadi penelitian kami, karya kami dan bagaimana kami mengaplikasikannya di kelas dan ini terbukti bisa memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa,” terang Hana Septina Kristanti di Hotel Swiss-Bellinn Kemayoran, Jakarta, Sabtu (30/11/2019).

“Saya bertemu dengan rekan sejawat dari 34 provinsi, mereka memiliki prestasi yang luar biasa sehingga kami bisa bertukar pikiran, media, metode pembelajaran, sehingga saat kami kembali, kami bisa menerapkan banyak hal dari media dan metode yang kami tukarkan itu di kelas kami,” pungkas Hana.

X