Dit. Guru PAUD Dikmas

Menyukai Bertani Sejak Dini

GTK, Pangkalpinang – Ironi di negeri (yang katanya) agraris. Pertanian yang merupakan salah satu sektor vital dalam menghadapi perkembangan populasi manusia di Indonesia utamanya penyedia pangan serta lapangan pekerjaan memiliki masalah serius antara lain Indonesia krisis petani muda.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2013 terdapat 26.135.469 rumah tangga petani yang terdata dan mengalami penurunan dari tahun 2003 sebanyak 5 juta rumah tangga petani. Seperti dilansir Geotimes, dapat diindikasikan bahwasannya pertanian hari ini sudah tidak menguntungkan lagi bagi petani. Selain sektor pertanian tidak menjanjikan dari segi pendapatan, secara status sosial masih dipandang rendah. Hal ini tampak dari generasi tua yang mulai enggan bertani begitu juga generasi muda yang mulai kehilangan gairah meneruskan usaha orang tuanya untuk menggarap lahan.

Petani di Indonesia masih didominasi oleh generasi tua. Berdasar hasil survei LIPI hampir tidak ada anak petani yang ingin menjadi petani. Sekitar 4% pemuda usia 15-35 tahun berminat menjadi petani. Sisanya, sebagian besar tergiring industrialisasi. Lebih rumit lagi, Dari jumlah petani yang ada, sekitar 65% sudah berusia di atas 45 tahun. Artinya, jumlah petani yang berganti ke okupasi ke luar sektor pertanian lebih besar dibanding anak muda yang bersedia menekuni usaha pertanian.

Potret besar ini bisa jadi mengalami arus balik jika menilik apa yang dilakukan oleh Lia Gantini. Lia adalah peserta Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2019 kategori Pamong Belajar pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

“Saya selaku pamong anak usia dini PAUD termotivasi bahwa lingkungan kami di wilayah Cimahi domisilinya petani sama peternak. Namun sekarang ini dilihat budaya dari petani dan peternak sudah terabaikan. Karena dengan apa, dengan macam-macam alasan lahan yang dulunya banyak berganti dengan perumahan-perumahan. Makanya kami memberikan kepada pendidikan anak usia dini itu dari sekarang membangkitkan karakternya,” kata Lia di Swiss-Belhotel Pangkalpinang, Selasa (25/6/2019).

Wakil dari Provinsi Jawa Barat di ajang Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2019 ini menggunakan tiga kegiatan main yaitu poster pintar, tanam estafet, dan dadu gembira.

“Metodenya dengan cara petani cilik bermain aktif dengan menggunakan tiga kegiatan main. Poster pintar, tanam estafet, dan dadu gembira. Semua itu mengintegrasikan cara menanam sambil bermain kepada anak dan menyenangkan,” ujar Lia pamong belajar UPTD SPNF SKB Kota Cimahi.

Lia menjelaskan tiga kegiatan main petani cilik itu mendekatkan dengan lingkungan serta mengasah aspek motorik anak.  

“Untuk poster pintar, sebelum pembelajaran anak tidak hanya menerawang, tanpa dikasih media itu tidak menarik. Dengan gambar itu anak lebih antusias perhatiannya. Oh iya ya di rumah saya kan ada sekam, ada kotoran-kotoran sapi, akhirnya termotivasi. Jadi anak itu tahu apa yang namanya pupuk, apa yang namanya sekam,” jelas Lia.

“Kenapa saya membawakan permainan secara estafet, dadu gembira, motorik anak harus keluar. Enam aspek perkembangan anak harus keluar. Aspek religius, aspek motorik, sosial emosi, bahasa, pengetahuan, dan keterampilan. Enam aspek itu harus tumbuh. Selain karakter cinta lingkungan, tumbuh juga karakter-karakter lainnya pada diri anak. Apalagi dilakukan kerja sama per kelompok secara estafet. Maka muncul pribadi-pribadi anaknya, gesit, semangat, kreatif,” tambah  Lia Gantini.

X