Dit, Guru Dikdas

Memahami Karakter Peserta Didik Usia SD dan SMP

GTK, Garut – Usai sesi Orientasi Kompetensi Pedagogik, narasumber berikutnya Sunarto yang membawakan materi ‘Memahami Karakter Peserta Didik Usia SD dan SMP’. Sunarto membuka bidak materinya dengan sebuah kisah ayam dan elang. Ia menceritakan bahwa ada anak ayam yang ingin menjadi elang. Sang anak ayam memiliki harapan besar dan menilai ada begitu banyak persamaan antara ayam dan elang. Namun ibu si ayam tersebut “menjatuhkan” harapan itu dengan mengatakan ayam adalah ayam, elang adalah elang.

Lantas Sunarto menjembatani cerita itu dengan konteks penugasan personel TNI AD.

“Jangan-jangan ada anak elang di lingkungan ayam. Anak-anak kita yang berada di daerah 3T,” kata Sunarto di Yonif Raider 303 Garut, Senin (11/3/2019). Sunarto pun menambahkan bahwa pendidikan adalah hak semua warga negara.

Dalam kesempatan tersebut, Sunarto mengungkap perlunya pola pikir yang benar dalam menghadapi kata ‘belajar’. Ia memberi contoh kebencian terhadap suatu mata pelajaran bisa jadi karena siswa dimarahi oleh guru. Ketidaksukaan terhadap mata pelajaran tertentu juga bisa muncul karena adanya sosok “guru killer”.

“Maka kita sedang ngapain hari ini? Bersenang-senang,” ungkap Sunarto interaktif kepada para personel TNI AD Yonif Raider 303 Garut.

Tak kenal maka tak sayang, Sunarto pun membeberkan karakter anak SD dan SMP.

“Anak SD senang bermain, bergerak, senang bekerja dalam kelompok, diberi contoh,” beber Sunarto.

Dalam hal bergerak, menurutnya untuk anak SD kelas 1-3 hanya dapat berkonsentrasi dalam 30 menit. Ada pun tentang diberi contoh, hal nyata yang konkret bisa dijadikan pembelajaran. Misalnya 1 apel ditambah 1 apel maka menjadi 2 apel.

Sedangkan untuk anak SMP sejumlah cirinya yakni puber, ambivalensi (galau antara ingin sendiri dan berkelompok), membandingkan dengan norma-kaidah, secara skeptis mempertanyakan Tuhan, emosi sangat labil.

Lalu bagaimanakah cara menghadap anak SD dan SMP? Sunarto memberikan sejumlah tips. Menurutnya di fase umur tersebut, mereka menyukai kejutan. Anak usia SD dan SMP suka didengarkan. Maka saran Sunarto kepada personel TNI AD ini adalah dengarkan, dengarkan, dengarkan peserta didik di daerah 3T.

Sunarto juga mewanti-wanti agar para personel TNI AD tidak berteriak kepada peserta didik dalam mendidik. Ia menyarankan agar para tentara ini bisa menjadi motivator bagi peserta didik. Dalam waktu pertemuan beberapa bulan dengan peserta didik di daerah 3T hendaknya menanamkan motivasi.

“Jadilah sumber inspirasi dan penguat jiwa anak didik. Jangan sungkan untuk memuji,” terangnya.

Menurut Sunarto yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung para personel TNI AD ini hendaknya juga memiliki sikap meminta maaf jika salah. Ia juga menyarankan agar para tentara ini memiliki sikap sabar dan bijak. Contoh nyatanya ialah jangan memberikan pertanyaan beruntun. Berikanlah jeda antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lainnya, karena anak SD-SMP butuh untuk dihargai manakala mereka menjawab dengan benar.

Para tentara ini juga diharapkan bisa menjadi teladan. Dengan begitu mereka menjadi inspirasi, role model bagi para peserta didik.

Sesi ‘Memahami Karakter Peserta Didik Usia SD dan SMP’ diakhiri dengan sesi tanya jawab. Timbul pertanyaan bahwa anak generasi sekarang dianggap lembek dan berani melakukan tindakan lancung secara terang benderang. Sunarto pun menganalisa hal tersebut dikarenakan efek globalisasi, Menurutnya generasi Z yang akrab dengan smart phone ini dapat terbawa pengaruh buruk dari teknologi. Selain itu Sunarto juga mengungkap penyebab lainnya yakni anak-anak itu kehilangan momen kasih sayang di rumah dan budaya sekolah.

X