Dit. Guru PAUD Dikmas

Lima Pilar Transformasi GTK

GTK – Plt. Direktur Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (PGTK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Direktorat Jenderal (Ditjen) GTK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Abdoellah berkesempatan mengisi Webinar dengan tema “Arah Kebijakan dan Strategi Program di Masa Pandemi”, Selasa (21/7/2020) yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan GTK PAUD.

Dalam webinar tersebut, Abdoellah menyinggung tentang strategi Ditjen GTK dalam meningkatkan mutu guru dan tenaga kependidikan.

“Di Ditjen GTK itu, dalam rangka untuk meningkatkan mutu dan kualitas GTK yang pada gilirannya bagaimana mempersiapkan anak yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, menjadi anak yang dibanggakan oleh orang tua, oleh masyarakat oleh bangsa maka Ditjen GTK sekarang itu sekarang sedang melakukan transformasi GTK. Transformasi GTK itu ada lima pilar,” tuturnya.

Pertama, sambung Abdoellah, tentang Transformasi Kepemimpinan, yaitu bagaimana kita menciptakan, menghadirkan pemimpin-pemimpin pendidikan, pemimpin instruksional.

“Kalau kita melihat dari sosiokultural bangsa Indonesia, rakyat Indonesia, itu keberadaan kepemimpinan itu sangat besar pengaruhnya. Saya sering mneyaksikan, sering mengalami di lapangan. Banyak guru-guru kita dilatih di berbagai bidang, tetapi begitu pulang kepala sekolahnya, pimpinan sekolahnya itu tidak mengerti. Maka dia tidak mau guru itu melakukan pembelajaran aktif, sehingga di situ riuh, kelas sangat aktif, kepala sekolah melihat malah gurunya dimarahi. Kenapa anak dibuat ribut,” tutur Abdoellah.

Ini berarti, sambung Abdoellah, pimpinan sekolah tidak mengerti tentang hakikat pembelajaran. Untuk itu Ditjen GTK mengedepankan kebijakan trasnformasi kepemimpinan guna merubah mindset pimpinan sekolah.

Kemudian yang kedua adalah transformasi pendidikan profesi guru. Menurut Abdoellah selama ini guru-guru yang ingin menjadi profesional dan dikaitkan dengan tunjangan profesi dan sebagainya, mereka harus mengikuti sertifikasi dalam jabatan. Terkait hal ini, nantinya, Abdoellah mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan seperti kebiasaan tersebut.

“Kami ingin mempersiapkan guru-guru sejak awal sudah profesional. Jadi ibaratkan kalau kita itu ingin berkendara, punya SIM dulu, jangan sudah berkendara baru mencari SIM. Nah ini, kami akan mempersiapkan dulu. Jadi kalau ingin jadi guru harus punya sertifikat dulu, sertifikat yang menunjukkan bahwa dia profesional,” kata Abdoellah.

Berikutnya bagaimana di daerah terjadi ekosistem belajar. Artinya, guru tidak perlu menunggu anggaran, guru harus terus menciptakan suasana belajar, saling belajar. Abdoellah menegaskan bahwa GTK PAUD harus hadir di kebijakan ketiga ini.

“Kemudian yang keempat, bagaimana kita melakukan gotong royong. Tidak bisa kita melakukan GTK PAUD ini hanya di tangan sendiri. Maka kita bekerja sama dengan berbagai organisasi, bisa dengan HIMPAUDI, bisa dengan IGTKI, bisa dengan perusahaan-perusahaan. Bahkan GTK PAUD telah bekerja sama dengan PT Astra International Tbk. Dalam rangka untuk peningkatan guru-guru PAUD,” kata Abdoellah.

Dan terakhir, bagaimana GTK PAUD harus bisa berkoordinasi dan bermitra dengan Pemerintah Daerah (Pemda). Menurut Adboellah, tanpa ada dukungan dari Pemda, kebijakan yang ada tidak akan berjalan.

“Kenapa saya katakan demikian? Karena guru-guru PAUD, SD, SMP itu miliknya pemerintah daerah. Disinilah pentingnya kita berkoordinasi, pentingnya kita bermitra dengan para pimpinan daerah,” tuturnya

X