Dit. Guru PAUD Dikmas

Kisah Guru TK Di Bengkulu Dan Buku Pop Up

HGN, Jakarta - Buku Pop up saat ini memang sangat digandrungi anak-anak saat ini, khususnya mereka yang masih usia balita. Berbicara tentang buku Pop Up, ada kisah yang penuh isnpirasi dari seorang guru Taman Kanak-kanak (TK) di Bengkulu. Guru itu bernama Rika Arisandhi dari TK Al Mukhlisin, Rejang Lebong, Bengkulu.

Untuk diketahui, Rika merupakan salah satu peserta Lomba Cerita Bergambar Anak Usia Dini yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (DitPGTK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas), Direktorat Jenderal GTK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang diadakan di Hotel Bidakara, Jakarta dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional tahun 2019 pada Bulan November.

Saat ditemui di lokasi perlombaan, Rika menceritakan bahwa memang saat ini dia merupakan salah satu penghobi Pop Up. Bukan untuk kesenangan pribadi, melainkan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi anak-anak didiknya di TK Al Mukhlisin, Rejang Lebong, Bengkulu.

Hobi itupun muncul dari ketidak tahuan tentang Pop Up. Kesenangan Rika dengan buku Pop Up dimulai ketika dia terhenyuh melihat anak-anak didiknya sangat senang melihat buku jenis Pop Up, namun tidak mampu membelinya karena ketersediaan buku itu di Rejang Lebong sangat jarang dan pun harganya sangat mahal.

“Harga tidak masalah, namun ya memang jarang, saya cari tidak jumpa,” tuturnya.

Bahkan, Rika mengaku mencari buku tersebut hingga ke luar kota Bengkulu, seperti di Palembang dan Bandung, saat ia bertugas ke luar daerah. Banyak memang, namun menurut Rika harga yang ditawarkan sangat mahal, tidak mampu untuk membeli dalam jumlah yang banyak.

Melihat kondisi yang sedemikain rumit, sementara ingin “mengabulkan” keinginan anak didiknya untuk membaca dan melihat buku Pop Up, Rika mencari cara agar dia bisa mendapatkan buku tersebut.

“Mulai jiwa ibu-ibunya keluar, mikir gimana kalau dibikin sendiri saja di rumah. Lebih hemat dan bisa dibuat dengan jumlah yang banyak,” tutur Rika sambil tertawa.

Dari jiwa keibu-ibuan yang memilih hemat tersebutlah, Rika langsung beraksi membuat buku Pop up. Ilmunya, kata Rika, didapatkan dari video-video YouTube. Dan bahan-bahan menggunakan apa yang ada dan murah meriah.

Belajar dan mencari referensi lewat internet, Rika tidak menyangka dia langsung mampu membuat seni buku Pop Up yang sebenarnya biasa dilakukan oleh seorang paper engineer. Seingat Rika, modal yang digunakan hanyalah berkisar Rp. 50.000 untuk satu buku Pop Up karya pemula.

“Tidak masalah bahan seadanya dan tentu kurang bagus, namun ada kegembiraan yang amat sangat karena berhasil membuat. Lebih lebih lagi, ketika di bawa ke sekolah, anak-anak sangat senang sekali,” tutur Rika.

Karya pertama Rika adalah Buku Pop Up untuk pengenalan huruf bagi siswa-siswinya di sekolah. Pop Up dibuat berbentuk huruf dan hewan, sehingga memudahkan anak untuk mengingat dan anak tahu tentang huruf dan hewat yang menggunakan huruf tersebut untuk namanya.

“contoh, B itu Buaya, A itu Angsa, Begitu, sampai saya membuat buku Pop Up untuk cerita bergambar,” tutur Rika.

X