Guru Berbagi

Kisah Guru Sukardi Malik Jadi Inspirasi Mendikbudristek

GTK – Seusai bersilaturahmi ke Tuan Guru Turmudzi Badarudin di Pondok Pesantren Qomarul Huda di Bage, Kabupaten Lombok Tengah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim berkunjung ke rumah seorang guru honorer peserta Seleksi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Sukardi Malik. Kedatangan Nadiem tidak diduga oleh Sukardi Malik, guru honorer yang sudah mengabdi selama 25 tahun itu.

Nadiem juga meminta izin untuk dapat menginap di kediaman guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Praya Timur itu. “Mohon izin jika dibolehkan, saya ingin menginap di rumah bapak,” kata Mendikbudristek kepada tuan rumah yang berkediaman di Desa Mujur, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (6/10/2021).

Sukardi Malik mengizinkan Menteri Nadiem untuk bermalam di rumahnya. Ia juga mengenalkan Nadiem kepada anak dan istrinya.

Saat berbincang santai, Sukardi menceritakan suka duka menjadi guru honorer. Misalnya, terkait perlunya memiliki berbagai pekerjaan sampingan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup, sambil terus mengajar. Ia mengaku sudah menjajal beragam pekerjaan seperti pembuat anyaman bambu, tukang, hingga ojek. Tak jarang ia diprotes rekan di pekerjaan sampingannya karena sering mengutamakan mengajar anak-anak terlebih dahulu.

Namun, bagi Sukardi, menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa yang ditekuninya. “Saya pernah bekerja di Kalimantan, jadi mandor di kebun, penghasilannya banyak, tapi batin saya kurang sreg. Rasanya kurang berkah. Beda saat menjadi guru,” ungkapnya.

Sukardi juga menyampaikan bahwa rasa puas dan bahagia saat melihat anak didiknya menjadi orang yang sukses tidak tergantikan dengan apapun. “Saya pernah mengajar anak seorang ulama, kami di sini menyebutnya Tuan Guru. Sekarang dia menjadi Tuan Guru di pesantren. Suatu saat saya diundang ke sana, kemudian dikenalkan di hadapan banyak santri sebagai guru dari seorang Tuan Guru. Rasanya saya bangga sekali sampai tak bisa berkata-kata,” tuturnya.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril yang turut berdialog mengungkapkan bahwa sosok Sukardi Malik merupakan guru penggerak. “Beliau mengutamakan anak muridnya. Selalu berusaha memberikan yang terbaik meski dalam kondisi yang tidak mudah,” tuturnya.

Menteri Nadiem juga bertanya mengenai tes Seleksi ASN PPPK yang telah dilalui Sukardi beberapa waktu lalu. Guru honorer berusia 50 tahun itu mengaku bisa mengerjakan soal-soal dan melaporkan bahwa nilainya memenuhi ambang batas (passing grade) yang ditetapkan Panitia Seleksi Nasional (Panselnas).

Lebih lanjut, kepada Mendikbudristek, Sukardi Malik mengakui bahwa kebijakan Seleksi ASN PPPK telah memberikan kesempatan bagi seluruh sejawat guru honorer dari berbagai kategori. Namun, ia meminta agar ada kebijakan khusus bagi guru-guru peserta seleksi yang sudah berusia lanjut. “Kami bersyukur ada kebijakan pengangkatan seperti ini. Begitu juga dengan program yang lain, kalau dulu hanya bisa diikuti oleh yang PNS, sekarang guru honorer juga bisa. Tapi, kalau bisa tolong ada kebijakan khusus buat guru-guru yang usianya tidak muda,” katanya.

Nadiem menjelaskan bahwa Pemerintah mendengarkan masukan dari berbagai pihak dan terus memperjuangkan yang terbaik. Ia meminta agar guru-guru honorer yang mengikuti Seleksi ASN PPPK tetap tenang dan tidak terhasut informasi tidak jelas. “Sebentar lagi kami akan umumkan kebijakan afirmasi tambahan bagi guru-guru yang sudah senior dan memang layak,” ungkapnya.

Kisah guru Sukardi Malik menjadi inspirasi bagi Menteri Nadiem untuk terus berupaya menghadirkan kebijakan yang menyejahterakan para guru honorer. Tidak hanya pengangkatan sebagai pegawai pemerintah, tetapi juga pengembangan diri para pendidik tersebut agar berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan nasional.

Surat Terbuka Mas Menteri

Pada akun Instagram-nya (@nadiemmakarim) Mendikbudristek membuat surat terbuka untuk Pak Sukardi yang diunggah hari Jumat (8/10), berikut kutipannya:

Surat terbuka untuk Pak Sukardi, Guru Honorer di Lombok Tengah yang menjadi Bapak Kos saya:
Pak Sukardi, terima kasih sudah memperbolehkan saya menginap di rumah Bapak. Saya tersentuh dengan hidup Bapak, perjuangan 25 tahun mengabdi sebagai Guru Honorer. Bapak pernah mendapatkan pekerjaan di perkebunan dengan gaji 8 juta per bulan, tapi Bapak berhenti setelah beberapa minggu dan kembali mengajar di sekolah karena merasa tidak ada kepuasan di luar mengajar. Pengorbanan yang Bapak lakukan sungguh luar biasa.


Bapak pernah diberhentikan polisi karena helm Bapak rusak, dan ternyata polisinya murid Bapak. Bukannya ditilang, polisi tersebut malah memberikan Pak Sukardi uang untuk membeli helm baru. Itulah rasa hormat dan apresiasi yang Bapak tumbuhkan dalam murid Bapak.

Cerita Bapak yang paling mengharukan adalah saat Bapak bertemu dengan murid Bapak yang sudah menjadi kepala sekolah. Bapak bercerita pada saya saat bertemu murid tersebut Bapak merasa bangga sekaligus malu. Bangga karena murid Bapak sukses, tapi malu karena Bapak masih berstatus guru honorer dengan gaji jauh di bawah UMR.

Setelah 25 tahun berjuang, Bapak beserta 173.328 guru honorer lainnya hari ini berhasil lolos seleksi menjadi ASN P3K. Bapak akhirnya akan mendapatkan nafkah yang layak. Hari ini murid-murid Pak Sukardi pasti merasa bangga.

Saya tidak akan pernah melupakan malam saya menginap di rumah Bapak. Terima kasih sudah menjadi inspirasi saya. Salam buat keluarga, Pak. Titip salam untuk Ibu yang sudah menyambut saya dengan hangat dan menyuguhi saya ubi yang nikmat.

X