Merdeka Belajar

Kemendikbudristek Apresiasi Inisiatif Sekolah Implementasikan Kurikulum Merdeka

GTK - Sekretaris Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Sesditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengunjungi SMP Damian School di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, Jumat (5/8). Tahun ini menjadi tahun pertama bagi Damian School menerapkan Kurikulum Merdeka.

Atas upaya yang dilakukan SMP Damian School dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswanya, Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Sesditjen GTK) Nunuk Suryani menyampaikan apresiasi. "Saya apresiasi inisiatifnya dalam mencari informasi secara mandiri untuk menerapkan Kurikulum Merdeka," tutur mengawali diskusi bersama guru, siswa, dan orang tua di SMP Damian School.

Kepala Sekolah Damian School, Connieta Theotirta memandang Kurikulum Merdeka sejalan dengan visi sekolahnya dan merupakan solusi atas masalah pembelajaran yang ia rasakan. "April tahun ini kami mantapkan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah," ujarnya di Aula SMP Damian School.

Connieta mengisahkan upayanya menguasai metode belajar yang ditawarkan dalam Kurikulum Merdeka. Dirinya bersama jajaran belajar menggunakan platform Merdeka Mengajar. "Pengawas memberi pembekalan yang  membuat kami lebih percaya diri mengajar siswa dan saat muncul ide kami antusias untuk mewujudkannya," tuturnya penuh semangat.

Damian School selama ini sudah melakukan banyak praktik proyek di akhir proses pembelajaran untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. Biasanya siswa membuat proyek pembelajaran dengan mempertimbangkan manfaat dan aspek  ekonomisnya. Misalnya gerakan Kaka Mengajar di mana siswa kelas 7-8 mengajar materi pembelajaran dengan konsep yang menarik ke sekolah-sekolah di sekitar.

Pada kesehatan ini Connietta mengaku hal yang paling sulit adalah mengubah persepsi guru. "Perlu waktu untuk mengajak guru mengubah pola kebiasaannya kemudian menggerakkan mereka menggali ilmu dan pengetahuan baru," ungkapnya yang kerap berkoodinasi dengan pengawas jika mengalami kebuntuan dalam menjalankan operasional sekolah sehari-hari.

Sebab, walau bagaimanapun, Kurikulum Merdeka adalah metode belajar yang nyatanya disukai peserta didik. Sehingga mau tidak mau, pendidik juga harus mengikuti kebutuhan siswa. Di sinilah kolaborasi antarguru ia rasakan menjadi kunci agar Kurikulum Merdeka ini dapat diimplementasikan dengan baik.

Menjawab hal tersebut, Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Sesditjen GTK), Nunuk Suryani mengatakan proses implementasi Kurikulum Merdeka memang masih perlu disempurnakan. "Oleh karena itu, saya ke sini ingin lihat apakah implementasi Kurikulum Merdeka sudah sesuai dengan harapan, jika tidak, saya akan beri rekomendasi apa yang mesti dilakukan," ujarnya.

Menurutnya, inisiatif harus datang dari guru dan kepala sekolah. Kemudian sekolah melakukan asesmen secara jujur dan mandiri. Selanjutnya, sistem yang akan menentukan kelayakan sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.  

"Silakan sekolah bentuk komunitas belajar yang terdiri dari guru-guru untuk berdiskusi bersama. Sekolah bisa mengundang praktik baik sekolah penggerak. Manfaatkan platform Merdeka Mengajar untuk bereksplorasi lebih banyak. Jika ada kesulitan, bertanya ke pusat bantuan (help desk).

Senada dengan itu, Kepala Balai Guru Penggerak, Sri Renani juga mengatakan pihaknya siap menjadi tempat bertanya seputar kebutuhan guru agar dapat memberikan layanan yang berkualitas bagi anak. "Balai besar guru penggerak bisa menjadi tempat untuk berkonsultasi seputar tantangan yang dihadapi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka," tekannya seraya mendorong agar setiap guru dapat menggunakan id.belajar masing-masing dengan lebih maksimal.

Salah satu guru Bahasa Inggris yang bernama Citra telah menerapkan model pembelajaran berdiferensiasi. "Sebelum mengawali pembelajaran, saya menyebar kuesioner untuk memetakan karakteristik dan potensi anak. Dari data itu, masing-masing anak diajar sesuai karakteristiknya. Apakah anak itu auditori, kinestetik atau visual," jabarnya. Bagi anak yang senang membaca akan disuplai lebih banyak materi pelajaran berbentuk literasi, untuk anak-anak yang menyukai metode pembelajaran visual akan diberikan lebih banyak video pembelajaran yang menarik, dan seterusnya.

Latisya, siswa kelas 7 ketika ditanya mengaku lebih senang dengan metode belajar auditori. "Saya suka ketika guru bercerita di kelas, ada  tanya jawab dan sering diskusi," ungkapnya.

Berikutnya, salah satu perwakilan komite sekolah yang bernama Yuli merasa senang setelah anaknya belajar dengan metode belajar menggunakan Kurikulum Merdeka. "Saya merasa anak saya bisa mengukur kemampuan dirinya. Saat tidak bisa, dia bilang. Belakangan semangat belajarnya juga lebih meningkat. Padahal biasanya dia tidak kritis dan tidak terlalu peduli dengan capaian belajarnya. Namun sekarang, dia lebih terbuka mengekspresikan dirinya," terang Yuli menyampaikan rasa puas dengan perkembangan sang anak.

X