Berita

Kemendikbud Segera Keluarkan Panduan Kenormalan Baru

GTK – Dalam Webinar “Kesiapan dan Adaptasi Kepemimpinan dan Manajemen Sekolah Menyongsong ‘New Normal’ Pendidikan”, Direktur Jenderal (Dirjen) Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud), Iwan Syahril diminta mengeluarkan panduan sederhana untuk menyongsong normal baru di dunia pendidikan.

Penanya tersebut adalah Iriyasman dari LPMP Padang. Menurut Iriyasman guru perlu suatu panduan sederhana untuk melakukan asesmen sekaligus agar kurikulum tetap berjalan di saat sekolah melaksanakan kenormalan baru.

Kemudian, Iriyasman juga membahas tentang Merdeka Belajar yang saat ini menjadi perbincangan di Sumatra Barat.

“Di Padang ini orang membahas Merdeka Belajar. Yang mereka tahu cuma satu, RPP satu lembar,” tutur Iriyasman.

Terkait permintaan tersebut, Dirjen GTK, Iwan Syahril mengatakan bahwa saat ini yang paling tahu siswanya adalah guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Kemendikbud kata dia akan mengeluarkan panduan umum terkait kenormalan baru (new normal) untuk dunia pendidikan. 

“Segera ada pengumuman panduan, namun itu berupa panduan umum. Yang paling tahu siswanya adalah guru dan sekolah,” kata Iwan dalam webinar tersebut.

Iwan menjelaskan panduan yang akan diberikan, terkait protokol kesehatan dan berbagai hal di era “new normal”. Sebagai catatan, kata Iwan, yang terpenting adalah apa yang terbaik untuk murid, itu merupakan pedoman guru dan sekolah.

Sementara itu terkait RPP, Iwan menegaskan bahwa orientasi merdeka belajar adalah hasil belajar siswa serta melayani kebutuhan pendidikan murid.

“Jadi kita sederhanakan RPP agar guru bisa leluasa untuk mengawasi murid,” kata Iwan.

Iwan juga menjelaskan, terkait modifikasi revisi kurikulum di masa new normal, yang paling tahu adalah guru dan sekolah. 

“Jangan sebelum-sebelumnya, kalau murid tidak bisa, murid yang salah. Sekarang guru proaktif, lihat ke bawah, apa yang jadi kebutuhan murid itu panduan kita. Kurikulum 2013 asumsinya kelas 5 misal sudah tahu berbagai hal, tapi kelas 4 hanya 70 persen karena terganggu situasi sekarang ini, jadi jangan ke pembelajaran kelas 5 dulu tapi selesaikan kelas 4 dulu. Harus lebih kreatif untuk modifikasi ini, guru yang tahu kondisi,” tegas Iwan.

X