Merdeka Belajar

Ekosistem Teknologi Kemendikbudristek dan Upaya Mewujudkan Lompatan Kemajuan untuk Pendidikan Indonesia

GTK – Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia mengalami krisis pembelajaran di mana hasil tes PISA menunjukkan literasi, numerasi, dan sains peserta didik di Indonesia tidak ada peningkatan yang signifikan. Di samping itu, 70 persen siswa usia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum untuk literasi dan numerasi. Merujuk data-data tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merancang dan meluncurkan Ekosistem Teknologi Pendidikan sebagai akselerator dari transformasi pendidikan nasional.

Puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Tahun 2022 Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengaku terharu atas capaian transformasi digital Kemendikbudristek dalam menyediakan platform yang bermanfaat bagi ekosistem pendidikan di Indonesia.

"Saya melihatnya itu merinding, karena tiga tahun yang lalu kita mencanangkan ide untuk benar-benar mendigitalisasi aktivitas kita di Kemendikbud. Pada saat itu, saya sama sekali tidak mengetahui apakah hal sebesar ini bisa terjadi atau tidak, tapi kita berkomitmen. Ternyata hasilnya terlihat sekali," disampaikan Menteri Nadiem saat memberikan pandangannya usai menyimak presentasi tiga pilar Hakteknas di Plaza Insan Berprestasi, kantor Kemendikbudristek, Rabu (10/8).

Pada sesi pemaparan tiga pilar puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27 Tahun 2022, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Kapusdatin) M. Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memegang peranan penting dalam melakukan transformasi pendidikan nasional. “Sesuai dengan arahan langsung dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk dapat memanfaatkan teknologi dalam memecahkan masalah krisis pendidikan yang ada,” terang Kapusdatin.

Platform-platform yang sudah ada pada ekosistem teknologi pendidikan di Indonesia saat ini adalah Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, ARKAS, SIPLah, Tanya BOS, Akun Belajar.id dan Kampus Merdeka. “Tiap-tiap platform ini kami buat agar seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan di Indonesia dapat melakukan lompatan kemajuan secara bersama-sama,” jelas Hasan.

Saat ini, Ekosistem Teknologi Pendidikan di Indonesia sudah menjangkau 364 ribu satuan pendidikan di 514 Kabupaten/Kota dari total 435 ribu sekolah dasar, menengah, kejuruan, dan PAUD, 2,7 juta lebih guru dari 3,7 juta guru, 724 ribu mahasiswa, 2.655 perguruan tinggi dan vokasi dari total 3.115 seluruh Indonesia, 2.700 lebih mitra industri, 84 ribu lebih penyedia barang dan jasa, serta 35 juta total peserta didik (data per Agustus 2022).

Kemendikburistek bekerja sama dengan GovTech Edu yang merupakan mitra strategis dalam menciptakan berbagai platform yang membantu guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, mahasiswa, dan dosen untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik.

Chief Technology Officer GovTech Edu, Ibrahim Arief mengatakan bahwa Platform Merdeka Mengajar membantu guru dalam mengajar sesuai kemampuan murid, mengakses materi pelatihan mandiri kapan pun di mana pun, membantu guru menginspirasi rekan sejawat dan terkoneksi ke banyak komunitas guru di seluruh Indonesia. “Setelah enam bulan dirilis, aplikasi platform ini telah diunduh sebanyak 1,6 juta lebih pengguna, 312 ribu lebih guru telah mengunduh perangkat ajar, sebanyak 51 ribu lebih Bukti Karya telah dibagikan, lebih dari 1.000 komunitas guru di seluruh Indonesia, dan total 55 ribu lebih konten tersedia di dalam platform Merdeka Mengajar,” tuturnya bangga.

“Pencapaian tersebut tentunya bukanlah hasil akhir, karena platform ini akan terus dikembangkan secara berkelanjutan,” imbuh Ibrahim.

X